Hari- hari yang melelahkan, saya merasa babak belur, baik fisik, mental maupun keuangan.
Saya dihantarkan pada kondisi pasrah berserah, merasa lemah tiada daya dan diri ini bukan siapa- siapa.
Menemukan Definisi Istri dan Anak Membawa Rejeki Sendiri
Dalam keadaan serba kelelahan, saya tercerahkan tentang satu hal. Yaitu tentang rejeki istri, kemudian tentang rejeki anak-anak.
Ya, rejeki mereka datang di saat tepat, saat kepala keluarga sedang tak berdaya.
Saya masih mengingat jelas, beberapa pintu pertolongan terbuka di saat yang tepat.
Ketika istri membutuhkan vitaman -- harganya cukup mahal--, tiba-tiba ada teman istri yang membelikan dan kami mendapatkan dengan gratis-- alhamdulillah.
Di masa istri mulai sembuh dan masuk masa pemulihan, teman-teman istri secara bergantian mensupport dengan mengantar makanan.
Perhatian yang  sedemikian berharga, sangat meringankan beban pikiran dan tentunya keuangan.
Kejadian di luar nalar lain juga terjadi, membuat keyakinan tentang rejeki anak-anak bermekaaran.
Ketika kebutuhan sekolah musti segera dipenuhi, sementara itu saya dan istri sedang mengencangkan ikat pinggang.
Suatu malam di WA group, Ustad mengumumkan paket kitab bisa diambil di Pondok. Kabar ini berhasil membuat saya kelimpungan.