Saya yakin Kompasianer tidak terbayangkan sebelumnya, bahwa di awal tahun 2020 akan datang wabah sedahsyat kita alami bersama.
Virus Covid-19 dampaknya luar biasa, terhadap keberlangsungan semesta termasuk kehidupan manusia di dalamnya.
Gerak atau mobilitas kita sangat dibatasi, bergeser ke kegiatan serba online dan diremote dari rumah.
Transportasi massal dipangkas jam opersionalnya, diperketat syarat dan siapa yang boleh dan atau tidak menggunakan.
Perkantoran dan pusat perbelanjaan dibatasi, tempat publik sepi seolah tak berpenghuni.
Sektor ekonomi melemah, menyebabkan daya beli masyarakat menurun.
Beberapa perusahaan besar gulung tikar, akibatnya banyak karyawan dirumahkan.
Sebagaian besar kita kelimpungan, mencari cara untuk bisa bertahan hidup.
--------
Saya pribadi shock, mendapati keadaan berubah sedemikian drastis.
Kesempatan menjemput rejeki menyempit, pekerjaan telah disepakati mendadak dibatalkan.
Anak-anak belajar di rumah, bahkan yang mondok juga dipulangkan.
Jelas tampak kebosanan di paras buah hati, terkungkung di dalam rumah dan hanya berpindah ruangan.
Seiring berjalannya waktu, menyusul masalah kesehatan mengemuka.
Rumah Sakit kelebihan kapasitas, tenaga kesehatan kewalahan menangani pasien membludak.
Banyak diantara kita, orang terdekat, kerabat, sahabat, teman, kenalan, tetangga, dikabarkan terpapar virus.
Kemudian kabar duka merebak di mana-mana, mendominasi time line medsos dari waktu ke waktu.
Di lingkungan sekitar dan terdekat, pengumuman berpulang dari corong masjid terdengar (nyaris) saban hari.
Definisi kematian tak pandang usia terbukti, besar, kecil, tua, muda, bukan lagi menjadi ukuran.
Hal semisal terjadi di kampung halaman, kepergian nama-nama lama tak bersua tersampaikan.
Mereka pergi secara tiba-tiba, rasanya sampai habis dan mengering air mata.
Saya sampai di titik, berubah menyikapi dan menanggapi rasa sedih.
Secara mental seolah siap menerima, sebab kalau bahagia tak perlu disiapkan.
Menarik Kesulitan Masa Mendatang di Hari ini
Ada hikmah saya dapati di masa pandemi, sekaligus menjadi pembelajaran luar biasa.
Betapa penting bersiap diri (dalam segala hal), menghadapi masa sulit yang (sekiranya) datang di kemudian hari. Â
Kita memang tidak bisa memprediksi datangnya kesusahan, tetapi tak ada salahnya mempersiapkan.
Baik siap secara mental, materi, spiritual, atau kesiapan apapun yang bisa menguatkan.
Di masa sulit ini, kebanyakan kita terdampak secara ekonomi.
Keadaan ini cukup sebagai peringatan, agar tidak boros alias berhemat saat memegang uang banyak.
Keganasan virus covid-19 tak disangkal, sirine ambulan terdengar berulang menjadi jawaban.
Saya tersadarkan pentingnya menjaga daya tahan tubuh, dimulai kapan lagi kalau tidak sekarang.
Saatnya menyingkirkan kebiasaan malas bergerak, karena terbukti membuat tubuh gemuk dan tidak gesit.
Bisa diganti dengan hal sederhana, senam di rumah, jogging di sekitaran tempat tinggal, atau olahraga ringan sebisanya.
Kemudian meninjau ulang makanan digemari, kalau saya hobinynya gorengan, tepung-tepungan, yang manis-manis dan asin.
Mulai sekarang harus segera digeser, mengganti dengan mengonsumsi buah dan sayuran, sering minum air putih, membiasakan puasa yang banyak manfaatnya.
Sebagai manusia biasa, saya merasakan susahnya menerapkan hal yang ideal.
Berhemat saat ada duit, tentu butuh usaha ekstra. Menjaga daya tahan tubuh saat badan segar bugar, tentu banyak tantangan.
Apalagi mengubah kebiasaan mager, mengganti makanan kadung digemari saat bisa membeli dan kepingin.
Tentu bukan hal mudah, butuh komitmen yang kuat dari dalam diri sendiri.
Karena manusia dibekali hawa nafsu, yang sangat bisa menggagalkan setiap hal baik.
Dan hawa nafsu adalah musuh terbesar setiap orang, yang musti diperangi setiap detik setiap saat.
-------
Berada di situasi pandemi, seharusnya cukuplah menjadi peringatan bagi kaum berpikir.
Saatnya menyudahi kebiasaan mudhorot dan jauh dari kebermanfaatan.
Menurut hemat saya, tak ada salahnya berlelah-lelah saat badan segar bugar.
Karena ketidak enakkan yang dijalani saat sehat, jauh lebih ringan dibanding menjalaninya saat sakit.
Artinya ketika kesehatan sedang digenggaman, maka kesempatan berhemat, berolah raga, memilih asupan sehat akan lebih leluasa dilakukan.
Ketimbang setelah sakit baru menyesal, akibat abai dengan hal yang baik untuk diri sendiri.
Menerapkan gaya hidup sehat dan pola pikir yang baik, perlu dilakukan dari sekarang.
Ibarat menarik kesulitan masa mendatang di hari ini, ibarat berusaha menyiapkan kualitas hidup yang baik di hari depan.
Semoga bermanfaat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI