Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Diet Memang Berat, tapi Menanggung Sakit Jauh Lebih Berat

19 Juli 2021   14:31 Diperbarui: 19 Juli 2021   14:35 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih bujang, punya karir lumayan, memilki jaringan kerja yang bagus, kenal pesohor dan petinggi, rasanya lengkap sudah dan idaman semua orang.

Bujangan sarat prestasi di tempat kerja dan pergaulan, lazimnya berpenghasilan lebih dari cukup untuk sekedar membiayai diri sendiri.

Bujangan dengan pendapatan bagus, belum punya tanggungan (anak/ istri), memiliki  kesempatan lebih lapang untuk memanjakan diri.

Mau membeli barang ini dan itu tidak perlu pertimbangan panjang, pengin makan ini dan itu dijamin keturutan, travelling ke mana suka tinggal beli tiket semudah membawa badan.

Kalau urusan makan sudah di tahap bebas, musti meningkatkan was-was nih.

Yang sudah-sudah, biasanya kebablasan dan berujung obesitas.

Nggak pengin kan.

----

Meskipun tidak seideal deskripsi di awal artikel ini, setidaknya ada beberapa point pernah saya alami saat bujangan.

Saya bekerja sebagai marketing, dengan lingkup pertemanan cukup luas dan banyak dari beragam perusahaan.

Saya kerap mendapat undangan, acara launching produk atau campign baik dari perusahaan swasta atau instansi pemerintah.

Mendatangi acara begitu megah dan meriah, tentunya disuguhi sajian menu lezat menggoda.

Saya juga sering meeting dengan pimpinan atau direktur, sekalian ditraktir di restoran atau cafe ternama.

Kemudian sesama marketing kadang janjian ngemall atau hangout, lagi-lagi soal makanan bisa bersantap sepuasnya.

Berada di tengah acara dengan berlimpah hidangan, biasanya saya sengaja mencari menu belum pernah dinikmati.

Mengambil atau memesan makanan yang namanya unik, kemudian memilih minuman disusul dessert yang tak kalah unik.

Kalau makan sepuasanya, hanya sekali dua kali sebulan mungkin tidak terlalu masalah. Tetapi kalau seminggu tiga atau empat kali, wah bisa bahaya--hehe.

Bahkan saya pernah mengalami, sehari meeting tiga kali dengan beda orang di mall yang sama. Alhasil di hari itu, saya hanya pindah dari cafe satu ke cafe lainnya. Soal makanan saya tidak kawatir, selain ditraktir saya boleh memesan sesuka hati.

Memang enak saat makan, tetapi kalau tidak diimbangi olahraga tunggu saja. Cepat atau lambat, lemak akan tertimbun di bagian tertentu di tubuh ini---hehe.

Parahnya, kalau kebiasaan makan dan ngemil berkelanjutan. 

Musti bersiap diri, mengalami apa yang dulu pernah saya alami yaitu gendut.

Saya dulu mengomsumsi aneka asupan tanpa pilih dan pilah, mulai dari yang berminyak, yang mengandung gula, santan, garam, tanpa bisa mengontrol.

Kebiasaan tidak baik semakin komplit, saya kategori orang malas bergerak.

Duh, wasalam deh..

Diet Memang Berat tapi Menanggung Sakit Jauh Lebih Berat

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi

"Lo gemukan ya"

"Ahh, enggak kok, bobot gue stabil" tepis saya

Saya dulu jago ngeles, merasa tinggi dan berat badan ideal.

Tetapi diam-diam saya sadar, bahwa ada yang berubah di tubuh ini.

Kalau memakai baju longgar, buncit di perut kelihatan nongol. Pinggang mulai tak ramah ukuran celana, bentukan pipi seperti ngemut baso.

Paling repot kalau difoto, sibuk menahan nafas untuk menyembunyikan perut. Meskipun demikian, saya sama sekali belum tergerak niat berdiet.

Bagi saya, diet ibarat peperangan diri sendiri melawan ego. 

Kalau kesadaran itu tidak tumbuh dari dalam diri, niscaya sulit menghentikan konsumsi makanan sesuka hati.

Bujangan dengan penghasilan bagus, punya networking mumpuni. Menurut saya, memiliki perjuangan yang lebih berat memerangi ego.

Ya, berani berjuang menahan hawa nafsu, saat datang ke acara dengan suguhan makanan lezat menggoda.

Dan menahan hawa nafsu ini berat.

----

Sebenarnya gemuk tidak masalah, selama kitanya nyaman dan tak ribet dengan penampilan. Tetapi kalau dengan gemuk kemungkinan mengundang sakit, ini yang bisa menjadi masalah.

Badan saya gemuk sedari bujang, sampai akhirnya satu malam saya tumbang. Hasil diagnosa dokter, saya berpotensi terkena pelemakan hati.

Ngeri saat melihat hasil rotgen, organ penting di dalam tubuh ini berwarna samar antara putih dan kelabu tanda ada lemaknya.

Seketika itu saya benar-benar menyesal dan mengutuki diri, terlalu lama abai dengan diri sendiri. Geming dengan kebiasaan buruk, demi memanjakan ego.

Keluar dari klinik, semangat saya mengganda. Saya harus berubah, sebelum semua terlambat!

Semua nasehat dokter dan ahli nutrisi dituruti, saya siap memerangi hawa nafsu (baca makan berlebih).

Di awal diet kepala kliyengan, badan lemas, membiasakan diri jalan kaki, rutin jogging di akhir pekan.

Semua ketidakenakan di awal saya hadapi, secara perlahan badan menjadi lebih segar.

Terhitung lima tahun berjalan, naik turun semangat hidup sehat saya jalani. Setiap mengingat hasil diagnosa itu, tekad membulat tidak ingin kembali ke kebiasaan lama.

Diet memang berat, tetapi menanggung sakit akibat kegemukan jauh lebih berat.

Dan kalau sudah sakit, biaya berobatnya mahal.

So, please sudahi gemuknya

Smoga bermanfaat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun