Setiap anak lahir dianugerahi keunikan, tak elok orangtua membanding-bandingkan. Apalagi melebihkan satu di atas lain, yang membuat perasaan kecil hati itu muncul.
Anak tumbuh dengan keunikan tersebut, tugas orangtua adalah mengarahkan. Agar menjadi anak soleh/solehah, menjadi anak cerdas dan bermanfaat untuk orang banyak.
Menyoal kecerdasan, saya pernah datang di acara parenting yang menghadirkan narsum Seto Mulyadi, Psikolog anak dan tokoh publik. Â
Menurut pria yang akrab disapa Kak Seto ini, bahwa spektrum cerdas itu luas. Â Ada anak yang cerdas berhitung, cerdas bahasa, cerdas visual (gambar), cerdas musik, cerdas gerak (olah raga), cerdas Sosial, cerdas diri, cerdas alam, dan seterusnya.
Orangtua musti memahami jenis kecerdasan buah hatinya, sehingga tidak memaksakan anak mendapat nilai sempurna di semua mata pelajaran.
Anak yang berbakat di bidang seni atau olahraga, kalau difasilitasi kemampuan tersebut niscaya akan melejit potensinya.
------
Bulan June di WAG wali murid, bersautan membahas sekolah dituju anak selepas pendidikan dasar ditempuh.
Ada yang memilih SMP Negeri, mengingat masa pandemi membuat pendapatan terhambat. Tetapi beberapa orangtua, ada yang memilih nama-nama sekolah unggulan.
Semua pilihan sekolah bebas dan syah-syah saja, asal sesuai kemampuan anak dan orangtuanya. Sayang kalau masuk sekolah mahal, tetapi anaknya tidak nyaman atau terpaksa.
Selain mubadzir biaya sudah dikeluarkan orangtua, si anak juga tidak belajar atau mendapat ilmu secara maksimal.