Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ayat tentang Kedudukan Orang Beriman Terngiang di Benak

28 April 2021   12:03 Diperbarui: 28 April 2021   12:06 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya yakin, Kompasianer (terutama yang muslim) sudah tidak asing dengan surat  Al Baqarah. Surat kedua kitab suci Al Quran, merupakan surat panjang yang turun di Madinah. Surat Al Baqarah memiliki 286 ayat, tidak surat lain sepanjang ini di Quran.

Dan ada bagian ayat yang membahas puasa, secara khusus ditulis di ayat 183- 185. Saya pribadi mengenal dan (belajar) memahami ayat ini, setelah dibahas di banyak kajian. Pernah juga dicuplikkan di tayangan iklan, dari sebuah produk yang identik dengan kaum muslim.

Sangat mudah menemukan keberadaan surat Al Baqarah, kita bisa mendapati dan membacanya setelah surat Al Fatihah (surat pembuka dihapal di luar kepala). Tak hanya membahas puasa, masih banyak tema lain di surat ini.

----

"Wahai orang-orang yang beriman ! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa"

Dulu semasa kecil, saya membayangkan betapa beratnya puasa. Tidak makan dan minum, dari jelang adzan subuh sampai maghrib. Pasti badan lemes, ngantuk, badan lunglai, tidak bersemangat, kurang darah dan seterusnya.

Memang (sekilas) demikian adanya, untuk  usia anak-anak SD puasa seharian bukan hal yang ringan. Apalagi kalau siang hari langit sedang terik, bawaannya mager dan pikiran nakal ini membayangkan makanan kesukaan.

Tetapi ajiabnya, seberat apapun puasa bisa dijalankan. Buktinya  di umur 7 tahun kala itu, saya mulai belajar meski tertatih. Dengan penuh perjuangan, melampaui satu hari tanpa makan minum. Di lain sisi saya seolah tak percaya dan takjub, kok bisa menahan lapar dan haus sepanjang waktu itu.

Di hari berikutnya, (namanya anak-anak) tetap saja ada kenakalan yang khas. Diem-diem masuk kamar dan makan di siang bolong, keluar meneruskan puasa dengan sok lemes---hehehe. Pengalaman seru saat bocah, menjadi kenangan indah saat dikisahkan ulang.

Kemudian setelah jauh meninggalkan kanak-kanak, saya mendapati jawaban atas pertanyaan masa lalu. Kajian dari seorang Ustad membukakan pencerhan itu, dan Al Baqarah 183 menjadi salah satu surat favorit saya.

Kata "orang beriman" menjadi jawaban, iman mengandung unsur meyakini sehingga mengalirkan kekuatan untuk menjalani seberat apapun tantangan dihadapi.

Karena mengimani suatu perintah, berarti meyakini akan ada hal yang lebih besar sebagai balasan setelah menjalankan perintah tersebut.

Kata iman di ayat 183 memilih "amanu" bukan "mukminun" meski artinya sama, tetapi untuk membedakan mudah bisa semisal dengan kata "bernyanyi" dan "penyanyi".

Dan uniknya perintah puasa Ramadan itu selama satu bulan, bukan satu hari atau dua hari atau paling lama seminggu. Semasa kecil (jujur) saya keder dan njiper, apakah sanggup melewati sebulan dengan berpuasa.

Ayat ini menjawab dengan kalimat,  Alloh mewajibkan puasa, sebagaimana orang-orang sebelum kamu.  Artinya orang sebelum kamu bisa atau sanggup menjalankan, berarti sudah ada contoh orang-orang terdahulu.

Di akhir ayat Alloh menguatkan dengan kata mengandung hikmah, "agar bertakwa". Jadi oleh-oleh dari puasa adalah membentuk karakter, dan sebaik-baik karakter adalah takwa.

Ayat Tentang Kedudukan Orang Beriman Terngiang di Benak

Setelah sekian lama menemui Ramadan, saya merasakan bahwa syariat dalam Islam itu sunguh sempurna. Alloh telah menakar kemampuan hamba-Nya, terbukti puasa seharian selama sebulan sama sekali tidak menyiksa.

Puasa bisa diibaratkan bengkel, kendaraan yang rusak dimasukkan ke bengkel, keluar memiliki kinerja lebih prima. Dan orang yang menjalankan puasa dengan baik, maka output diterima juga akan baik.

Saya sepakat dengan cara melihat seseorang puasa benar atau tidak, bisa dilihat hasilnya setelah Ramadan berlalu. Meski sebulan menahan lapar dan haus, kalau syawal kembali maksiat puasanya tiada guna.

Puasa sejajar dengan unsur sabar, didalamnya mengandung perisai yang berfungsi untuk melindungi diri dari maksiat. Dan puasa mengandung unsur ikhlas, karena iabadah ini tidak terlihat. Kalau sahadat, sholat, zakat, Haji, orang lain bisa melihat. Maka puasa tidak, yang tahu hanya diri dan Alloh SWT.

Tak berlebihan, jika surat Al Baqarah ayat 183 terngiang di benak. semoga bermanfaat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun