Sampai hari ke sebelas Ramadan, saya menyemangati diri untuk istiqomah. Berbuka dengan seteguk minuman (air hangat, teh tawar, susu murni), didampingi setangkup roti atau buah atau puding dan sejenisnya (no gorengan).
Setelahnya sholat maghrib, kemudian tentang makan besar saya buat cukup fleksibel. Pernah saat berbuka tidak menyentuh nasi, makan seperlunya dan tahan hingga sahur. Sebelum waktu imsyak tiba, saya makan nasi dan lauk dalam porsi kecil. Meniru Kanjeng Nabi, saya belajar makan tidak sampai kenyang. Sejauh ini yang saya rasakan, kondisi badan Insya Allah dalam keadaan baik.
Menyoal nama makanan dikonsumsi, saya termasuk orang tidak pilah pilih soal makanan. Apa yang disediakan istri saya makan, dan belahan jiwa sudah hapal menu kesukaan suaminya. Yang paling sering adalah buah, dan asupan yang diolah yang aman (dihindari yang digoreng).
Setelah diet menjadi bagian dari gaya hidup, sebenarnya saya tidak antipati makanan pantangan (di awal diet). Sebagai manusia pada umumnya, saya masih pengin makan gorengan, minum syrup, kolak dan sebagainya. Sesekali saya menuruti kemauan tersebut, tetapi dengan mengonsumsi seperlunya.
Komentar istri bahwa badan suaminya tampak langsing (sehari lalu), saya aminkan sembari tersenyum. Saya sendiri merasakan, kalau badan lebih enteng dari sebelum puasa. Jadi pelajaran saya petik, makan jangan berlebihan dan jadikan ajang mengelola hawa nafsu.
Bukankah sebaik makanan, kalau berlebihan (rakus) menjadi tidak baik. Dan yang berlebihan, menyebabkan datangnya penyakit.
-----
Dari Imam Al Mundziri "musibah pertama setelah Nabi tiada adalah kenyang, kalau satu masyarakat (ke)kenyang(an) maka yang terjadi adalah gemuk badan. Kegemukan menyebabkan lemah hatinya (keras/tidak lembut). Lemahnya panglima (hati), membuat syahwat tidak terkendali.
Dari soal makan ternyata memiliki keterkaitan banyak hal, bisa memberi cerminan pada pelakunya. Bulan Ramadan adalah moment tepat, untuk berbenah dalam soal makan.
Rasanya tidak masuk akal, kalau puasa justru mendapati bobot malah naik. Kalau benar kejadian(bobot naik), artinya ada yang perlu diluruskan, tentang konsep menahan hawa nafsu (dalam hal makan).