Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Tanda Shaum Sehat Dilihat dari (Satu Diantaranya) Cara Makan, Bonusnya Langsing

23 April 2021   22:32 Diperbarui: 23 April 2021   23:23 1628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya yakin, Kompasianers pasti sepakat. Nilai terkandung dalam puasa itu luar biasa, yang didapat pelakunya (satu diantaranya) adalah kesehatan. Konon penyebab sakit badan, sebab musababnya adalah makanan.

Puasa Ramadan mengajak kaum beriman, untuk mengistirahatkan organ pencernaan dari tugas rutin selama sebelas bulan. Semua asupan distop dari subuh hingga maghrib, besar kemungkinan akan terjadi proses detox.

Mendengar kata detok,  saya membayangkan kegiatan menguras bak mandi. Air yang ada di bak dikeluarkan, kemudan seluruh sisi bak disikat sedemikian rupa. Agar bersih maksimal, dipakai obat pembersih ubin (deterjen atau cairan khusus).

Untuk kotoran membandel, tidak cukup dengan sekali sikat. Setelahnya disiram beberapa kali, maka lumut dan kotoran menggenang siap dibuang ke got. Ya, Saya mengibaratkan puasa seperti menguras bak mandi.

Puasa secara lahiriah, bisa diartikan menahan diri makan dan minum dari subuh hingga maghrib. Setelah lambung dibersihkan, tugas berikutnya mengisi dengan asupan sehat dalam ukuran proporsional. Manusia terbaik seru sekalian alam, memberi suri tauladan perihal makan.

Dari Anas bin Malik RA berkata, "Nabi SAW biasa berkua dengan  ruthab(kurma muda) sebelum sata, jika tidak ada ruthab, maka beliau berbuka dengan kurma, jika tidak ada kurma, beliau minum dengan satu teguk aur ( HR, Ahmad Abu Dawud, Ibnu Khuzaimah)

Coba perhatikan Kompasianer, manusia mulia itu sebegitu sederhananya. Saya menyimpulkan esensi  puasa, bagaimana mengalahkan hawa nafsu atas ruh.

Nafsulah, yang menjauhkan manusia dari hakikat penciptaan. Menggiring manusia, cenderung pada sikap berlebih-lebihan soal dunia.

Pun masalah makan, tak jarang berlebih-lebihan. Maunya makan yang enak, lezat, ditata khusus menggugah selera dengan harga selangit. Padahal kalau dipikir, semahal dan selezat apapun makanan ujungnya adalah kotoran.

Sementara nilai puasa, adalah menahan diri pada yang mudhorot.

-----

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun