Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Bahayanya Perut Kenyang

13 Maret 2021   08:21 Diperbarui: 13 Maret 2021   11:13 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompasianer, beberapa kali saya pernah mendengar guyonan seperti tersbeut di atas. Si pelontar bercandaan teman yang sudah kenal baik, bertujuan menyegarkan suasana. Kali pertama mendengar saya langsung Gerrr, meskipun pada kenyataannya kejadian juga -- hehehe. Teman ini beberapa kali kedapatan tidur saat hadir di sebuah acara.

dokpri
dokpri
Saya masih sangat jauh dari ideal, menerapkan pola makan ala Nabi atau sahabat mulia. Makan tak menunggu perut lapar, berhenti kalau sudah lambung bega menampung asupan. Bobot saya pernah dikisaran satu kwintal, bener-bener kayak karung berjalan---hehehe.

Maka menyimak penjelasan dokter Zaidul saya seperti dibukakan mata hati, betapa orang soleh sangat berbeda menyikapi soal makan. Makannya orang soleh untuk menegakan tulang sulbi, agar bisa tegak dan khusyu beribadah, mengabdikan diri kepada Rabbnya.

Kemudian Ustad Budi menimpali, dengan kalimat pernah disampaikan Imam Al Mundziri "bahwa musibah pertama setelah Nabi tiada adalah kenyang, kalau satu masyarakat (ke)kenyang(an) maka yang terjadi adalah gemuk badannya. Dan kegemukan menyebabkan lemah hatinya (keras/tidak lembut hati) dan kalau lemah si panglima (hati) maka syahwatnya tidak terkendali".

Kemudian sang dokter menambahkan, bahwa konsep makan sejatinya untuk memenuhi hak tubuh (sehat), maka makan diasup musti halal dan toyib. Tetapi ingat bahwa sebaik makanan kalau berlebihan (rakus) akan menjadi tidak baik, justru menyebabkan datangnya penyakit.

Saya seperti diajak balik ke kejadian lima tahun silam, akibat kegemukan tubuh ini jatuh sakit dan kepayahan. Saya benar-benar dibuat kapok tak mau mengulangi lagi. Dan terus belajar konsisten, menerapkan makan seperlunya saja.

Namanya manusia biasa sesekali kenyang mungkin dimaklumi, tapi kalau keseringan (ke)kenyang(an) itu yang bahaya.

Salam sehat selalu Kompasianer- semoga bermanfaat.

dokpri
dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun