Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merawat Empati dengan Cara Berbagi

20 Oktober 2020   07:35 Diperbarui: 20 Oktober 2020   07:46 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah menggawangi Ketapels kemudian pandemi datang, saya tertantang berkreasi kegiatan.

Atas alasan menerapkan prokes, maka kegiatan yang memungkinkan adalah online.

Melalui Ketapels, niat ini adalah ingin menebarkan kemanfaatan.

Meskipun dalam skala sangat kecil dan terbatas, hanya untuk orang di ligkungan terdekat.

Semoga sedikit kebisaan menulis tidak sia-sia, sekaligus bisa membagi kebahagiaan untuk orang lain.

Hingga terbetik ide program #KetapelsBerbagi dimulai di bulan februari.

Kala itu diawali, berbagi sepuluh nasi bungkus pada jumat pagi.

Saya turun ke jalan raya sekitar ciputat, membagikan nasi bungkus ke tukang parkir, penjaga makam, satpam, pemulung dan sebagainya.

Saya bersyukur, kegiatan berbagi nasi bungkus (jumat pagi) bisa bertahan sampai sekarang (ada koordinator khusus).

Kemudian kegiatan serupa berkelindan, mulai donasi buku ke Taman Baca, donasi Panti Asuhan, donasi Panti Lansia dan lain sebagainya.

Efeknya adalah pertemanan dengan relawan, lumayan bertambah dari komunitas di seputaran Tangsel.

Ada yang ternyata kenalan lama , kemudian dipertemukan lagi. Ada yang benar-benar kenalan baru.

Saya kagum melihat semangat teman-teman relawan, terutama pada semangat berbagi.

Sependek yang saya ketahui, energi para relawan seperti tak berpenghabisan.

Geraknya gesit, pagi ini di sini siang sudah pindah tempat.

Kegiatan dilakukan adalah membantu sesama, bahkan sampai ke luar kota.

dokpri
dokpri
Apakah penggiat kegiatan berbagi, mereka hidup berkelebihan?

Tidak selalu.

Saya tercerahkan pada satu hal, setelah berteman dan ngobrol dengan relawan.

Bahwa berbagai tak musti menunggu berpunya, karena yang diperlukan adalah tekad yang teguh.

Mereka (para relawan) memaksimalkan apa yang dipunyai, demi melancarkan niat berbagi.

Misalnya networking yang dipunyai, atau melalui kebisaan yang dikuasai.

Meskipun tak jarang, ketika menyampaikan ajakan yang diterima adalah pengabaian.

Tetapi itu tak menyurutkan langkah, untuk meluluskan niatnya berbagi.

Berbagi itu seru! --- Ketika Ketapels, berkolaborasi dengan komunitas atau donatur lain untuk kegiatan sosial.

Saya pernah ikut turun langsung, mengitari kampung di Pamulang Timur.

Kami satu team, mengetok pintu demi pintu para lansia dhuafa.

Satu dua bungkus nasi diserahkan, tangan keriput itu menyambut penuh antusias.

Selarik senyum ditampilkan, kemudian disertakan doa sebagai balasan.

Kebahagiaan tergambar di wajah kaum papa, nyatanya mengalirkan perasaan serupa.

Yang terbaru adalah senin sore kemarin, saat hujan belum sepenuhnya reda.

Saya bergabung dengan komunitas anak muda, anggotanya seumuran keponakan saya---hehehe.

Ini tenaga tenaga dengan darah segar, menyusuri jalanan basah pemukiman di daerah Rempoa.

Membagikan nasi kotak berbuka puasa senin, kepada warga yang membutuhkan.

Merawat Empati dengan Cara Berbagi 

Sebagai orang beriman, kita musti meyakini bahwa berbagi tak bakal merugi.

Sebuah hadist dari Imam Baihaqi meriwayatkan, "Bersegeralah sedekah, karena bala bencana tidak mendahului sedekah".

Saya dengan fakir ilmu dan iman ini, belumlah seberapa dibanding para dermawan.

Tetapi melalui kegiatan #KetapelsBerbagi, memungkinkan benih empati itu bertumbuh di benak.

dokpri
dokpri
Berbagi membuat hati mudah trenyuh, ketika membaca, mendengar, melihat orang lain nestapa.

Kalau hal demikian dirawat, maka kebaikan akan menjadi outputnya.

Berbagi bisa dilakukan siapa saja, mulai dari orang palng dekat.

Yang paling utama adalah orangtua sendiri, beriringan dengan belahan jiwa dan buah hati.

Kemudian tetangga, atau orang sekitaran tempat tinggal.

ke petugas pengambilan sampah, petugas keamaan di tempat kita tinggal dan seterusnya.

Tak musti barang yang mahal, bahkan mie rebus sangat bisa dibagikan ke tetangga.

Berbagi sesuai kemampuan, sehingga berbagi menjadi menyenangkan.

-----

Pagi subuh di masjid tersiar kabar, bahwa salah satu jamaah telah berpulang.

Konon karena teserang stroke, dan menghembuskan nafas terakhir, tak lama setelah dilarikan ke rumah sakit.

Kami mengirimkan doa, mengenang kebaikan almarhum.

Bahwa beliau adalah jamaah tetap di masjid, dan tidak disangsikan kebaikannya.

Kompasianer, setiap kita sedang mengantre dan berjalan menuju titik akhir.

Semoga waktu tersisa, menjadi ladang yang ditanam kebaikan.

Dan berbagi bisa dijadikan gaya hidup, karena berbagi bisa menjadi cara merawat empati.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun