Jujur nih. Begitu mendengar nama Tahu Brontak, saya jadi ingat masa kecil di kampung.
Dulu saat berseragam merah hati putih, panganan ini sedang hits di desa saya.
Tahu berbentuk kotak padat, di dalamnya diisi toge atau bihun dicampur bumbu-bumbu khusus.
Saya masih ingat, tahu ini dibandrol lebih mahal dibanding gorengan lainnya.
Tetapi entahlah, ibu rela membeli untuk bungsunya (karena sayang pastinya).
Meskipun untuk itu, musti merogoh kocek sedikit dalam.
Kemudian setelah merantau sebentar di Jogja, dan sembilan tahun di Surabaya. Nama Tahu brontak, seperti tidak saya dengar lagi.
Di kota Pahlawan, saya lebih sering ketemu tahu isi yang di cocol dengan petis.
Dan saya yang sedang doyan makan, gorengan apapun dilahap tanpa kenal waktu (termasuk malam menjelang tidur).
Alhasil lingkar pinggang melebar, dan akhirnya ..... begitulah...hehehe
Lama tak berurusan dengan gorengan (termasuk tahu), pertengahan agustus saya mendengar Tahu berontak Palanta.