Kok saya pikir, dunia bakalan tidak seasyik dan semenguji adrenalin seperti saat ini.
Dinamika dan pergesekan dalam hidup, sebenarnya bisa dijadikan proses ajar. Menjadi alasan setiap orang, menumbuh kembangkan jiwa juang di dalam diri.
Justru karena setiap orang memiliki ego, maka terbentuk medan persaingan yang (seharusnya) sehat dan kompetitif.
Setiap orang terpacu, memperbaiki diri agar pantas memenangkan kompetisi. Sekaligus termotivasi untuk berempati, bahwa ada juga orang lain.
Pun dalam kehidupan pernikahan.
Pernikahan adalah Ajang Mengelola dan Melunturkan Ego
Saya sangat meyakini, bahwa apa yang ada dan diselenggarakan oleh kehidupan pasti tidak ada yang sia-sia.
Manusia akan memetik manfaat, selama si manusia menjalani semampu dia bisa.
Termasuk anjuran menikah, sebagai cara umat muslin mengikuti sunnah Rasulullah. Bukankah semua yang ditunaikan Baginda Nabi, adalah sebaik-baiknya keteladanan.
Tetapi bagi siapapun yang menyediakan diri berpayah payah (dalam kebaikan), niscaya akan mendapatkan kemanfaatan.
Pernikahan tak ubahnya kehidupan keseharian, tetapi dalam versi dan skala lebih kecil. Â Dua orang (suami istri) yang dibekali ego, kemudian bersatu dalam tali pernikahan syah.