Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Karena Tidak Sempurna, Maka Menikahlah

12 Agustus 2020   07:39 Diperbarui: 15 Agustus 2020   10:58 1089
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Duda nggak apa-apa, yang penting tidak merebut suami orang"

Suatu hari, seorang teman minta dicarikan kenalan. Teman ini seorang perempuan jelang 40 tahunan, memiliki perawakan mungil dengan paras lumayan manis.

Sampai rumah, pesan serupa saya teruskan ke istri. Siapa tahu, dia bisa membantu mencarikan pria sedang mencari calon istri.

Tak berselang lama, akhirnya ada satu nama. Kakak dari wali murid, anaknya sekelas dengan si bungsu.

Duda dua anak usia 45 tahun, istrinya meninggal karena sakit. Si Bapak adalah pemilik bengkel motor, mempunyai beberapa pekerja.  

"Hmmm, ntar gue pikir-pikir dulu ya"

Kalimat ini saya dengar, sesaat setelah menyampaikan amanah yang pernah diberikan. Saya melihat jelas, perubahan di garis wajah perempuan ini.

Air muka yang tadinya bersemangat berubah kurang antusias, hanya dalam hitungan menit. Mirip kerupuk yang mendadak lembek, karena terendam kuah sayur bening.

Indikasi kurang tertarik tampak, dengan orang yang saya rekomendasikan.

Mendapati reaksi tersebut, sempat terbersit rasa kecewa. Padahal saya tidak sembarangan, merekomendasikan seseorang. Sengaja melibatkan istri, untuk diminta sumbang saran.

Sejak jawaban "Hmmm, ntar gue pikir-pikir dulu ya" Satu dua minggu, sebulan dua bulan kemudian, tidak ada hasil yang dipikirkan

Kalau bertemu atau berpapasan dengan teman ini, sama sekali tidak menyinggung masalah kenalan. Saya juga enggan menanyakan, cukup punya kesimpulan kelanjutan rencana kenalan, khawatir menyinggung perasaan.

Sebagai orang diminta tolong, setidaknya sudah saya tunaikan kesanggupan. Kepada teman perempuan, atau kepada bapak pemilik bengkel posisi saya masih relatif netral.

Di lain waktu saya sempat mendengar dari orang lain, ternyata teman perempuan minta dicarikan kenalan. 

"Mungkin teman ayah tipe sangat pemilih" ujar istri.

Kemudian hari, setelah soal kenal mengenalkan dilupakan. Baru terkuak alasan, dibalik penolakan (saya ketahui melalui orang lain).

Teman perempuan tidak sreg dengan pekerjaan si bapak (bengkel), dan satu lagi alasan si Bapak lulusan SMA (duuh, masih saja menawar)

"Padahal kan belum kenal dan tahu orangnya ya, Yah," celetuk istri setelah saya bercerita.

Karena Tidak Sempurna Maka Menikahlah

"Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah pada Allah pada separuh yang lainnya."

(HR. Al Baihaqi dalam Syu'abul Iman. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah no. 625)

Nabi Adam AS diciptakan, awal mulanya tinggal di surga. Tempat istimewa dengan fasilitas luar biasa, tempat didamba umat hingga akhir masa.

Kemudian agar tidak kesepian, Tuhan menghadirkan Siti Hawa, konon diambil dari tulang rusuk Nabi Adam. Bermula dari dua nama ini, akhirnya beranak pinak berketurunan, bersuku-suku hingga sampai kita manusia akhir zaman.

Belajar dari kejadian leluhur manusia ini pula, saya meyakini bahwa berpasangan (laki-laki  dan perempuan) sesungguhnya menjadi fitrah manusia. Karena secara kodrati sudah disediakan pasangan, tugas manusia adalah berupaya terbaik, agar bisa bersua dan menjemput belahan jiwa.

Kalaupun ada kasus unik, sampai berumur lanjut tetapi belum bersua pasangan. Hal ini di luar kuasa manusia, tetapi jauh lebih penting adalah menunjukkan usaha maksimal.

Jangan sampai karena yang ditunggu tak kunjung tiba, membuat semangat serta pengharapan itu padam.

-------

dokpri
dokpri
Sepanjang pengalaman berumah tangga, bagi saya pernikahan bukan setumpuk teori rumit dan njlimet. Pernikahan bukan pengejawantahan, sebuah definisi dengan kalimat bersayap penuh retorika yang membuat jidat berkerut.

Tetapi pernikahan layaknya menjalani kehidupan keseharian, lengkap dengan aneka permasalahan yang bisa berat atau ringan tetapi semua sangatlah wajar.

Pernikahan adalah ajang pembuktian, atas komitmen atau janji pernah diucapkan saat ijab di hadapan penghulu, orangtua, kerabat, sanak keluarga dan handai taulan.

Pernikahan ibarat gerbang kehidupan baru, yang menyediakan permasalahan baru sesuai tahapan kehidupan dan usia kita.

Namun menikah sekaligus sebagai kesempatan belajar, mendewasakan diri beriring badai ujian yang datang menghampiri. Menikah (dijamin) pasti ada tantangannya, tetapi jangan khawatir kita telah dibekali akal pekerti untuk menyelesaikan.

Seberapa sungguh-sungguh ikhtiar dalam menemukan jalan keluar, hal demikian yang mempengaruhi kualitas mental manusia itu sendiri.

dokpri
dokpri
Pernikahan ibarat perjalanan panjang, membutuhkan stamina prima, kerja sama, dan kekompakan suami-istri akan diuji.  

Berat atau ringannya kehidupan pernikahan, tergantung bagaimana setiap pasangan saling berbagi dan mengisi kekurangan masing-masing. Kita manusia diciptakan tidak ada yang sempurna, sehingga butuh orang lain untuk melengkapi satu dengan lainnya.

Karena ketidaksempurnaan manusia itu pula, kemudian kehidupan mengakomodir dengan menyelenggarakan pernikahan. Menjadikan pernikahan sebagai jalan menggenapkan agama, bisa menjadikan hati terasa lapang ketika menghadapi seberat apapun masalah.

Karena dari sononya kita memang tidak sempurna, maka apa yang diadakan di hidup ini (termasuk menikah) demi kebaikan manusia.

- wallahu alam.

Semoga Bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun