Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sukses Diet Dipengaruhi dari Pengelolaan Pikiran

26 Juli 2020   11:39 Diperbarui: 26 Juli 2020   12:47 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"umur 40 tahun, susah nurunin berat badan."

"Kalau udah umur, metabolisme tubuh beda, gemuk terima saja."

"Subur itu tanda makmur."

"Jangan kurus-kurus, kayak orang susah."

Dulu di awal memulai diet, saya kerap saya mendengar kalimat- kalimat pematah niat. Berasal dari orang terdekat, dari teman atau kenalan, terutama ibu saya di kampung. Perempuan sepuh itu, rupanya tak ingin ragilnya "menyiksa diri".

Nyaris setiap telpon ibu berpesan; "Badanmu pantesnya ya segini, kalau dikurusin jelek," , "Ojo dipekso, badanmu nanti sakit," , "Kalau pengin ya makan saja, gak usah ditahan".

Saya sangat sadar, mungkin sikap dan ucapan belia adalah tanda sayang.

Geming saya dengan pendirian, toh saya yang menjalani dan saya yang merasakan akibat. Gara-gara obesitas, saya pernah jatuh sakit dan kepayahan.

Di dalam tubuh gendut itu, ternyata menyimpan aneka penyakit yang membuat kerja organ tubuh tidak maksimal.

Maka kala itu saya niatkan, diet demi badan sehat. Ya, caranya dengan (salah satunya) mengurangi kelebihan lemak di tubuh. Untuk tujuan tersebut, saya musti menjaga asupan dan rajin beraktivitas atau olahraga.

Sungguh, diet bukan sekedar ingin terlihat bagus di foto dan kemudian dipublish di instagram atau medsos. diet bukan semata, agar baju ukuran M atau L muat di badan.

Goal besar saya hujam di otak ini, adalah memiliki badan sehat. Sementara urusan tubuh langsing, anggap saja sebagai bonus.

dokpri
dokpri
------

Musabab manusia dimuliakan adalah, padanya dilengkapi akal pekerti yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya.

Semua yang dipikirkan manusia, bisa menjadi pangkal hal hal yang ideal. Masalahnya pada manusia itu sendiri, bersedia mengejawantahkan yang ada di pikiran atau memilih mengabaikan.

Contoh sederhananya begini, kita semua pasti tahu dan sangat paham, bahwa banyak makan, sering mengonsumsi asupan manis, berminyak, dan berlemak, dampaknya tidak baik bagi tubuh.

Pesan ini sangat sangat jelas, bahkan disertai alasan yang sangat bisa diterima akal. Tetapi apakah hal demikian, dengan serta merta membuat kita mau menghindari pantangan tersebut.

Kita kemudian membuat seribu satu dalih dan alasan, agar tetap melanggar dan kemudian membenarkan pilihan sikap --kurang tepat--- yang diambil.

Gendang telinga ini seperti dikatup, ketika ada ajakan baik seperti menjaga pola makan dan gaya hidup, padahal demi kebaikan diri sendiri.

Dan uniknya kita merasa tetap baik-baik saja (dengan melanggar pantangan), sembari menunjukkan ke orang lain untuk diajak melakukan hal sama.

Ketika badan mulai obesitas dan mengirim signal berupa sakit, kalimat sanggahan tetap saja diujarkan 

"Ah itu pusing, mungkin karena masuk angin", 

"Kecapekan kali, tidur aja bentar, nanti juga sembuh,"

Padahal ketidaknyamanan yang muncul itu, adalah alarm atau cara tubuh protes pada kita. Bahwa sudah ada yang salah, tindakan empunya dalam mengelola dan memperlakukan si tubuh.

Sukses Diet Dipengaruhi dari Pengelolaan Pikiran

Kompasianers, mungkin pernah membaca novel yang telah difilmkan berjudul Laskar Pelangi.  Kisah anak buruh tambang di pabrik Timah, yang akhirnya mendapat beasiswa ke luar negeri.

Ikal sang tokoh utama, berusaha sangat keras menaklukkan hambatan dihadapi. Setelah lepas SMA, kuliah sembari bekerja kemudian berhasil memeluk mimpinya. 

Yaitu kuliah di Sorbonne University di Paris Perancis. Kota impian dari SD, yang gambarnya  (menara Eifel) kerap dilihat di kaleng minyak rambut.

Masing- masing kita punya mimpi, dan dihadapkan pada onak duri kehidupan. Nah kepedihan dan ketidakenakan itu, akan menguji kesungguhan atau besarnya harapan kita masing-masing.

Kekuatan pikiran memegang kunci, untuk tetap focus dan melahirkan kekuatan sehingga  mempengaruhi sikap dan keputusan.

Saya pernah membaca sebuah buku motivasi, menyatakan bahwa keberhasilan dibidang apapun dalah sebuah keniscayaan.

Kita sangat dimungkinkan, bisa meraih dan mewujudkan apa yang diimpikan. Tetapi untuk mencapai mimpi, ada syarat yang harus ditempuh manusia.

sumber; tribunnews.com
sumber; tribunnews.com
*Back to topik tetang diet.

Bagaimana diet kita bisa berhasil, kalau di pikiran ini sudah dipenuhi aneka kalimat seperti di awal artikel. Kalimat yang kita ciptakan sendiri, atau terpengaruh oleh  teman atau orang sekitar.

Kalau menurut hemat saya, sumber kegagalan diet itu justru pada diri sendiri. Boleh saja orang membujuk agar diet kita gagal, tetapi selama pendirian ini teguh niscaya tidak mudah goyah.

Oke, menilik dari rangkain diet yang sangat kita kenal, diantaranya adalah memilih dan memilah jenis asupan, mengurangi  konsumsi gorengan, aneka gula, santan.

Kemudian menjaga gaya hidup, dengan rajin beraktivitas fisik. Seperti olahraga, memperbanyak jalan kaki (kalau saya dengan pergi mengandalkan transportasi massal.

Tetapi rangkaian prosesi diet sangat mudah dirusak, ketika tekad belum mengkristal buah dari kuatnya pikiran ingin mencapai goal ditentukan.

Diet sukses, lazimnya dibarengi upaya diri dalam mensugesti pikiran, agar focus pada apa yang ditetapkan (misalnya tujuannya badan sehat).

Karena kalau mindset sudah terbentuk, maka pikiran ini akan auto setting saat berhadapan dengan rintangan. 

Misalnya ketika berada di depan hamparan menu prasmanan, muncul sikap tidak kalap dan bijak mengambil makanan dibutuhkan.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun