Betapa perasaan sedih dan senang, asal muasalnya tidak bisa ditebak atau dinyana sebelumnya. Siapapun tanpa membeda-beda, bisa setiap saat dirudung duka atau bahagia.
Kita Semua (Sejatinya) Sedang Dihebatkan Kehidupan!
Ya, sedih dan senang setiap orang ada bagiannya. Tinggal si orang tersebut, memutuskan bagaimana menyikapi setiap kejadian dialami.
Duit satu juta bisa saja menyenangkan, ketika pemiliknya tidak punya tanggungan lain. Tetapi uang satu juta belum tentu menyenangkan, ketika pemegangnya punya kewajiban membayar utang dua juta.Â
Sama-sama uang satu juta, tetapi beda penyikapan karena kondisi tidak sama. Maka dampak dihasilkan, juga tidak sama pada setiap orang.
Sepiring nasi goreng akan terasa nikmat dan menyenangkan, ketika berada di hadapan orang yang belum makan seharian. Tetapi bagi orang yang kenyang dan punya pilihan (misalnya) makan rendang, mugkin nasi goreng tidak ditengok dan disingkirkan.
--------- ---
Terlepas dari sekedar perasaan sedih dan senang, saya percaya bahwa apa yang setiap kita hadapi sejatinya tidak ada yang sia-sia. Saat kita menemui kemalangan, atau di lain waktu sedang berhadapan kemujuran. Semua memang sudah waktunya, dan kitanya yang musti menikmati.
Sedih dan senang adalah (sekedar) dampak, dan semua peristiwa (bisa dikatakan) adalah tak lebih dari sekedar musabab.
Sementara reaksi terhadap setiap peristiwa itu bebas, Â dipengaruhi oleh proses telah ditempuh setiap individu. Orang yang melewati kejadian dengan lapang dada, biasanya punya kearifan lebih.
Tetapi kalau dipikir-pikir, betapa sedih dan senang, bahwa setiap mujur dan malang yang datang, atau nestapa pun sukacita yang dijatahkan. Tidak ada maksud Tuhan kecuali untuk kebaikan,
Orang yang selalu dilambungkan, sangat berpotensi sombong dan lupa diri. Sementara orang yang terus tertekan, bisa jadi depresi dan kecil hati.