Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memulai "Kenormalan Baru" dari Diri Sendiri

26 Mei 2020   15:22 Diperbarui: 26 Mei 2020   15:48 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kompasianer, hari raya idul fitri baru saja kita lalui. Bagi umat muslim, tuntas sudah menunaikan ibadah puasa Ramadan selama sebulan penuh.

Memasuki bulan syawal, sangat dianjurkan untuk menunaikan puasa syawal (selama enam hari).  Menurut sebuah riwayat, puasa Ramadan yang digenapkan 6 hari puasa syawal (bisa berturut-turut bisa tidak). Maka akan menghapus dosa selama satu tahun, dan mendapat ganjaran berpuasa satu tahun.

dokpri
dokpri
Bagi akhwat, yang saat Ramadan tidak bisa berpuasa genap tigapuluh hari. Punya kesempatan membayar hutang puasa, dan selama bulan Syawal mendapat double keutamaan. Selain melunasi kewajiban (hutang puasa), juga mendapat pahala puasa sunnah di  bulan Syawal.

Semangat puasa Ramadan, sangat bisa dijadikan semangat memulai kenormalan baru pada hari ini. Yaitu semangat mengekang hawa nafsu, salah satunya dengan menunaikan puasa syawal.

Kemudian semangat yang sama, kita aplikasikan dalam kegiatan yang lain dalam keseharian. Misalnya, semangat memulai hari dengan bangun pagi. Semangat membuat target kecil, tetapi diulang-ulang sehingga berdampak pada target besar.

Semangat memulai atau berinisiatif melakukan kegiatan menebar kemanfaatan, tanpa menunggu orang lain memulai lebi dulu.

Saya membayangkan kenormalan baru, bukan sesuatu hal yang besar yang sulit untuk diwujudkan. Tetapi hal baik yang sederhana, yang bisa dikerjakan oleh siapapun.

Dan apabila hal kecil dan baik ini, kemudian dilakukan secara serentak oleh setiap individu, akan memberi dampak yang luar biasa besar.

Menurut saya, kenormalan baru adalah sebuah tatatan kehidupan, yang lebih teratur dan sistematis, membawa dampak bagi kebaikan bersama dan menuju suatu kondisi yang diharapkan.

Misalnya di rumah tangga, suami meyayangi istri dan anak-anak, istri menghormati suami, anak-anak patuh kepada orangtua karena keteladanan.

Kenormalan baru, (bagi saya) bukan hal muluk-muluk dan susah dijangkau akal pikiran. Tetapi hal yang sederhana dan mudah diwujudkan, tetapi memberi prasyarat yaitu kedisiplinan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun