"Biar semua arwah yang ada di sini, kebagian mendapat doa" ujarnya.
 Kenangan puluhan tahun silam, baru saja berkelebat di benak. Saya yang termasuk kerap diajak resik-resik dan nyekar, masih bisa merekam kejadian dengan jelas.
-------
Sekira lima belas tahun silam, almarhum ayahanda dimakamkan satu area dengan makam mbah kakung. Terakhir mudik (lebaran setahun lalu), saya mengajak anak lanang bersih-bersih makam sekaligus nyekar.
"Kakak, ini makam mbah kakung, kita doa dulu di sini," ajakan saya diikuti si mbarep.
Kebiasaan yang sama, kini saya turunkan ke anak saya. Yaitu bersih-bersih makam dilanjutkan nyekar.
"Yang ini makam mbah uyut kakung dan mbah uyut putri"
"Yang rumahnya sebelahan sama rumah mbah uti kan Yah"
Anak saya beruntung, masih menemui mbah uyut putri-nya. Jadi ketika saya sebut nama itu, maka dia bisa membayangkan wajah dan mengidentifikasi hal terkait lainnya.
Kemudian saya ajak berkeliling area makam, nyamperin makam yang sekira saya kenal dengan membaca nama di batu nisan.
Makam bude atau pakde, bulek atau paklik (kebanyakan saya kenal), para tetangga, teman semasa SD atau SMP yang telah berpulang lebih dulu, nama-nama adik kelas.