Saya tuh, (bisa dibilang) jarang banget liat acara tv. Meskipun sekarang sedang stay at home -pun, teve di rumah tidak terlalu sering dihidupkan.
Mungkin terbawa kebiasaan hari-hari sebelumnya, yang nonton teve hanya sekedarnya alias tidak terlalu dipentingkan.
Saya sekeluarga, (seingat saya) sangat jarang nonton satu acara dari program itu dibuka pembawa acaranya sampai acara selesai.
Apalagi acara yang isinya bercanda-bercandaan, (setelah umur 40 an) saya tidak tertarik untuk mengikuti (mungkin selera humor saya yang bergeser).
Kebiasaan kami di rumah, lebih banyak mencari berita atau hiburan dari samrtphone. Selain itu, saya punya jadwal membaca buku, dan selama Ramadan sedang menjalankan one day one juz.
Selebihnya, waktu saya untuk menulis di depan laptop (baik untuk job menulis atau termasuk untuk ikut Samber THR). Kemudian membantu istri jualan (istri punya jualan bahan makanan).
Kotak hitam layar kaca diruang tengah itu, biasanya dihidupkan (kebanyakan) setengah jam sebelum jam berbuka. Itupun kami belum terlalu focus nonton.
Sekira lima menit menjelang berbuka, baru kami mantengin satu chanel, kebetulan penceramahnya sama-sama wali santri di Pondok tempat anak lanang menimba ilmu.
Hal yang sama berulang ketika waktu sahur, saya dan istri bangun jam 3-an dan televisi belum dihidupkan. Beberapa menit sebelum waktu imsya, (lagi-lagi) perhatian kami tertuju satu channel.
Penceramah yang sama dengan berbuka, tampil memberi tausiyah singkat sebelum puasa hari itu dimulai.
Akibat kebiasaan ini, saya termasuk kudet (kurang update) iklan edisi Ramadan (versi televisi) apa saja yang berseliweran dan ngetren. Padahal dulu saya cukup hapal, iklan apa saja yang gencar ditayangkan apabila bulan Ramadan tiba.
-------
Seperti sedang ramai di medsos, para momblogger berkreasi makanan yang berbahan kurma yang disponsori brand Kurma.
Kemudian para blogger millenials, juga sedang promosi produk fashion, ada yang sedang post menu buka dari restoran penyedia layanan pesan antar, ada lagi teman sedang post produk vitaman atau suplemen untuk daya tahan tubuh.
Saya sendiri, kebetulan terlibat campian ajakan untuk tidak mudik, kemudian ada juga campain dari brand buah.
Bagi saya, iklan yang disampaikan teman-teman yang saya kenal, lebih berkesan karena kebanyakan berdasarkan pengalaman sehari-hari.
Entah mereka ngarang atau beneran, saat membaca captionnya saya bisa merasakan mana yang tulus dan mana yang pura-pura.
Untuk promosi yang saya juga ikut terlibat ini, saya membagikan pengalaman sebagai pengguna  nomor sejak tahun 2003-an.
Untuk provider yang sama, saya sempat dua kali ganti nomor, karena handphone yang berisi nomor sebelumnya kecopetan ketika di GBK.
Tema campaign disampaikan cukup mengena, yaitu ajakan untuk apa adanya. Dan bagi saya hal ini sangat penting, yaitu hidup tanpa pura-pura sesuai kemampuan diri sendiri.
Nah campaign di provider dengan warna kuning ini, menawarkan paket kuota kepada pelanggan tanpa syarat dan ketentuan.
Nah ketika saya coba membeli untuk modem, dari sekian banyak kuota yang ditawarkan, sebagian besar kuota malam (yaitu jam 01,00- 05.00)
Pernah saya bela-belain nggak tidur, demi kuota malam yang dijanjikan ini. Pas jam ditunggu tiba, jaringan provider ternyata lemod sampai waktu kuota malam selesai.
Alhasil di akhir selesai paket, saya enggan mengisi ulang. Dan modempun tak terpakai sampai sekarang, untuk laptop saya memakai hotspot dari Indosat Ooredoo.
Terkait bulan Ramadan bersamaan pandemi covid-19, pesan dari Indosat Ooredoo untuk apa adanya, rasanya sangat tepat dan relevan.
Bahwa kita tidak perlu memakai topeng, dengan tujuan mendapat pengakuan dari orang lain demi gengsi atau prestise.
Kejujuran itu penting karena akan berkait dengan kredibilitas. Dan agama mengajarkan, semua yang tulus akan lebih punya dampak jangka panjang.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H