Satu persatu kita, mulai mencari cara untuk bisa tetap bertahan hidup. Sunatullah berlaku demikian, manusia dibekali akal untuk selalu mencari jalan keluar.
Modal kita adalah terus berusaha dan tidak patah semangat, sedangkan hasil akhir biarlah menjadi hak prerogatif pemilik kehidupan.
Mengais Kabar Baik di Kondisi (Seolah Tampak) "Kurang Baik"
Beberapa hari terakhir, selepas ashar istri tampak sibuk di meja tengah. Menulis di buku sampul putih, kemudian menghitung, sesekali melihat handphone dan membalas Wapri-an.
Sesekali kegiatan itu terjeda, ketika ada panggilan telepon atau video call. Kemudian dilanjutkan lagi, menulis dan menekuri catatan di hadapannya.
Selepas maghrib kegiatan ini baru selesai, kemudian selesai isya menelpon dan mengirim apa yang telah ditulis dari sore.
Rupanya istri sedang jualan ayam potong, malam dia baru memesan sesuai dengan orderan yang didapat untuk diambil kemudian diantar keesokan hari.
Melihat hal demikian, si suami mendukung kegiatan ini. Saya tidak keberatan turun tangan, mengambil dan mengantar pesanan. Bahkan, ikut menawarkan ke beberapa group WA yang saya ikuti.
Lumayan nambah satu dua orderan, untung dua atau tiga ribu bisa dikumpukan, agar asap dapur tetap ngebul.
Dan ternyata, kegiatan serupa (berjualan) juga dilakukan beberapa teman, ada yang menjual telur, bakso, pakaian dan sebagainya. Pada kondisi seperti sekarang ini, kita dituntut lebih kreatif mengais kesempatan yang ada.
Tidak perlu gengsi atau malu kepada teman atau saudara, toh yang kita lakukan tidak melanggar hukum atau etika dan tidak dilarang oleh agama.