Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Semengeluhnya Kita (Orang Kota), Seharusnya Malu....

17 April 2020   21:41 Diperbarui: 18 April 2020   04:47 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Soni ketika bertugas di pedalaman papua- koleksi pribadi

Karena keterlibatan dalam sebuah campign, malam itu saya mencari daftar kontak kenalan bidan atau tenaga kesehatan (nakes).

Saya ingat, punya kenalan team Nusantara Sehat. Oya, Nusantara Sehat adalah program Kementrian Kesehatan semasa Mentri masih ibu Nila Moeloek.

Kebetulan, saya bersama beberapa teman blogger pernah mengunjungi team Nusantara Sehat di daerah Batam. Kala itu, kami masuk sampai ke daerah pelosok Batam. 

Dari acara ini pula, akhirnya beberapa kali acara di Jakarta saya sempat ketemu Team Nusantara Sehat. Dari perkenalan itu kami bertukar nomor , dan hanya dengan mengetik dua atau tiga huruf nama yang saya kehendaki muncul. 

Ada sekitar empat nomor saya Wapri, dua memberi respon sekira sepuluh menit-an, dua lainnya contreng satu (alias belum terkirim, biasanya nomornya belum aktif).

Karena saya butuh profil bidan agak cepat, maka saya juga mencari dari teman Blogger, atau saudara dekat yang mungkin punya kenalan.

Oke, akhirnya dapat juga.

------

Nah, dua nomor kenalan yang belum membalas itu saya lupakan. 

Pikir saya, bisa jadi sudah ganti nomor atau memang di tempat bertugas tidak ada sinyal.

Kebetulan saya tahu, beberapa kenalan bertugas di daerah pedalaman dan terpencil bahkan ada yang di hutan.

Dua hari dari saya kirim pesan itu, tiba-tiba ada wapri masuk, yaitu dari tenaga kesehatan yang sekarang bertugas di pulau di antara ternate dan ujung utara Sulawesi.

Meski belum bertatap muka, kami berteman melalui medsos dan kerap berkomunikasi. 

Soni begitu saya memanggil namanya, saya kenal sejak dia bertugas di pedalaman Papua.

team Nusantara Sehat- koleksi pribadi
team Nusantara Sehat- koleksi pribadi
Untuk menjangkau tempat bertugas sekarang, Soni musti naik kapal yang memakan waktu tempuh semalam. Di WA terkirim, teman ini meminta maaf, telat membalas karena memang tidak ada sinyal.

"Kok sekarang bisa online?" tanya saya penasaran.

"Iya mas, pakai wifi satelit" jawabnya.

Memakai fasilitas wifi satelit lumayan mahal, untuk 340 MB dikenakan tarif 35 ribu. Teman ini, hanya online seminggu satu atau dua kali. Itupun sekedar chek WA, kalau membuka medsos kuota langsung tandas.

Terkait dengan situasi Pandemi Covid-19, Pulau ini seperti terisolir. Masyarakat yang biasa belanja ke Manado atau Bitung, kini aksesnya ditutup dan kapal tidak boleh memuat penumpang.

Kapal  masih bisa menuju Ternate, tetapi harus pakai  surat keterangan dari kelurahan, menyatakan bahwa ada warga hendak ke kota.

tangkapan layar-dokpri
tangkapan layar-dokpri
Perkacapan yang mulai gayeng itu, berubah mencekam.

"Ni baru gempa"

"Saya off dulu ya mas"

"Gempa ni"

Semengeluhnya Kita (Orang Kota), Seharusnya Malu..

Pandemi Covid-19 saat ini, membuat kita semua prihatin. Tidak ada yang tidak sedih, tidak ada yang tidak galau ataupun susah.

Mulai pekerja kantoran, pekerja harian, freelancer, wiraswasta, petani, peternak, pedagang keliling, pedagang makanan, semua mengalami penurunan penghasilan.

Saya yakin, perasaaan kita semua nyaris sama. Kalaupun ada, yang terlihat bercanda atau membuat hal yang menerbitkan tawa. Semua itu dilakukan, demi menjaga pikiran dan hati agar tidak terbawa suasana.

Kita musti melawan kesedihan itu, dengan mengelola apa yang ada di batin, agar tidak stres agar daya tahan tubuh tidak menurun.

Kalaupun ada, satu dua status di medsos yang mengeluh ini dan itu, mungkin butuh melampiaskan apa yang dipendamnya.

Biar jangan dinyinyiri atau disudutkan, setiap orang punya cara sendiri-sendiri, sebaiknya kita rangkul dan beri penghiburan.

-----

Soni saat bertugas di pedalaman papua-koleksi pribadi
Soni saat bertugas di pedalaman papua-koleksi pribadi
Dan dari hasil percakapan dengan Soni, tiba-tiba ada yang membuat saya terhenyak dan tercenung. Sekaligus malu dengan diri sendiri.

Soni bersama masyarakat di pedalaman, yang tanpa adanya Pandemi Covid-19 pun ternyata sudah terbiasa bersusah payah. Lebih-lebih dengan wabah corona ini, pasti sangat sangat terbatas pergerakan mereka.

Dari sekilas melalui percakapan yang ditulis, Soni masih juga mengirim emoji tersenyum atau bahkan ada emoji tertawa lebar dikirim ke saya.

Artinya, dalam kesusahan (bahkan yang melebihi kita yang di kota), Soni tidak menampakkan kalimat mengeluh, atau berharap belas kasihan.

Saya salut dengan saudara sebangsa, yang tinggal di pelosok atau pedalaman, mereka yang tetap survive meski tidak mencecap kenikmatan fasilitas seperti di kota besar.

Mendadak saya ingat, dengan quote dari Ibnu Sina, tokoh kesehatan yang namanya dikenang sepanjang masa.  "Kepanikan merupakan separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, kesabaran adalah titik tolak kesembuhan".

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun