Sementara yang sudah kadung di jalan, juga tidak leluasa mencapai rumah karena ada kebijakan lockdown sebelum sampai tujuan.
Ada teman di luar negeri kondisinya tidak jauh beda, mereka tidak bisa kembali ke tanah air, karena minimnya jadwal penerbangan. Rencana pulang terpaksa ditunda, padahal rasa kangen ketemu keluarga sebegitu menggebu.
Yang saban hari kerja berangkat ke kantor, sambil mengantar anak sekolah, kemudian lanjut naik kereta atau bus atau ojol. Yang anak-anak di pagi buta biasa sudah mandi, kemudian sarapan ganti baju seragam dan bersiap-siap ke menuntut ilmu.
Kini, semua berubah seratus delapan puluh derajat. Berubah karena persebaran virus, yang tak kasat mata namun ada.
Kemudian gerakan "Bekerja dari Rumah", diikuti "Belajar dari Rumah" mulai diberlakukan. Siap tidak siap, suka tidak suka, menerima atau menyangkal, kita semua musti bersedia menghadapi hal yang sedemikian tidak diduga.
Belajar di Rumah Bikin Emak Melek Teknologi
Semalam, ibunya anak-anak sudah tidak bertanya ini dan itu di aplikasinya. Mulai jelang ashar, sudah mengotak-atik satu persatu tombol. Dan dengan sendirinya, dia bisa mengoperasikan sendiri, justru sekarang balik ditanya emak lain yang satu group.
"Mau nggak mau, musti memaksa diri untuk belajar," ujarnya tiba-tiba.
Manusia ditakdirkan sebagai makhluk mulia, dikaruniai akal untuk memikirkan solusi setiap tantangan yang ada. Pun dengan wabah yang sedang berlangsung saat ini, sebenarnya banyak pelajaran yang bisa kita petik dan jadikan pekajaran.
Adalah membuka mata dan pikiran, betapa kita lemah dan betapa ada kekuatan Maha Dahsyat di luar kekuatan kita. Betapa banyak hikmah kecil berserakan, tapi kadang terabaikan karena kita kurang pandai bersyukur.