Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wabah Covid-19 dan Bulan Suci Ramadan

31 Maret 2020   14:24 Diperbarui: 31 Maret 2020   14:22 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Smoga selepas wabah ini kemudian bulan ramadan, kita benar-benar lahir menjadi manusia baru. Kesabaran melewati tay at home dilanjut puasa sebulan penuh, menjadikan sebaik manusia (dokpri)

Kompasianer, di tengah kebosanan yang melanda selama Stay at Home, kita benar-benar dituntut kreatif menciptakan aneka kegiatan.

Saya memanfaatkan waktu untuk menulis, membaca, menyelesaikan pekerjaan secara online, mmbantu pekerjaan istri, ngobrol dengan anak-anak, lebih sering membuka medsos mecari informasi ringan atau hiburan.

Kalaupun pengin update tentang Covid-19, saya memilih mendapatkan kabar dari website yang kredibel -- agar tidak terjebak hoax. Kita juga musti pintar pintar menjaga diri, agar sehat lahir dan batin

Tantangan stay at home, adalah mengatasi kejenuhan, menjaga diri jangan sampai stres agar daya tahan tubuh tidak menurun yang ujung-ujungnya sakit.

Kalau sudah sakit kita sendiri dan keluarga merasakan dampaknya, kerepotan mengurus dan musti keluar sejumlah uang.

Maka agar tidak terlalu spaneng, tidak ada salahnya mencari konten guyonan, (menurut saya) kadang konten yang semakin receh semakin menerbitkan senyum bahkan ngakak.

Misalnya tweet receh seperti ini " Saking Bosennya di rumah, mau bosen aja bosen", kali pertama membaca saya langsung ngakak.

dokpri
dokpri
Atau ada video lucu, seorang ibu sekira di atas 50-an tahun yang sangat kreatif dalam mengatasi kelangkaan masker.

Si ibu memanfaatkan botol bekas air mineral ukuran 1,5 liter, mula-mula botol dipotong bagian atas dan bawah, kemudian digunting di satu sisi badan botong, setelah itu dibuka bagian yang digunting dan dipinggir kanan kiri diberi karet---lucu  dan bikin ngakak.

----

Beberapa minggu belakangan ini, saat yang (katakan) menjadi ujian berat bagi kita semua. Kita diajak menahan diri, untuk sementara waktu tidak berkegiatan di luar rumah atau bepergian.

Sebenarnya boleh sesekali keluar rumah dan atau berkegiatan, tetapi untuk keperluan yang sifatnya urgent dan usahakan jangan terlalu lama.

Wabah virus corona, terbukti menyebabkan kematian pada ratusan saudara kita. Wabah ini menjadi pandemi, terjadi nyaris di seluruh dunia.

Tetapi saya meyakini satu hal, bahwa apa yang diciptakan-Nya tidak ada satupun yang sia-sia, termasuk kondisi yang kita hadapi saat ini.

Saya terus berupaya menanamkan sikap postif, di tengah gejolak hati yang (sebenarnya) ingin memberontak.

Saya meyakinkan diri sendiri, meyakinkan istri dan anak-anak, bahwa nestapa ini pasti ada ujungnya dan kan bertemu matahari baru.

Kalau kita mau melihat dari sisi baik, betapa keadaan saat ini menuntun kita dalam kesyahduan dan khusyu saat melangitkan doa.

Mungkin sebagian kita, biasa bolong ibadahnya, atau terburu-buru saat menjalankannya atau tak jenak berdoa dengan sepenuh hati.

dokpri
dokpri
Maka, hari hari seperti belakangan ini, adalah saat yang tepat untuk membenahi kelalaian itu, adalah saat yang tepat untuk introspeksi.

Beberapa hari kedepan, bersamaan kita menyambut datangnya bulan suci Ramadan, alangkah baiknya moment ini kita manfaatkan sebaik-baiknya.

Bagi Kompasianer, yang masih ada tanggungan puasa tahun lalu, yuk segera dibayar mumpung masih ada waktu sebelum masuk bulan puasa.

Bayangkan, sudah puasa terus kondisi sedang pandemi Covid-19, maka kalau kita berdoa akan bisa mencurahkan sepenuh hati.

Puasa dari sisi ragawi, bisa dijadikan cara untuk men-detoksifikasi atau membuang racun mengendap di dalam tubuh.

Ibarat menguras bak mandi, lumut dan kerak yang menempel di dasarnya, akan mudah lepas kalau di sikat pada saat air di dalam bak dikeluarkan.

Puasa dari sisi jasmani bisa jadi sarana melembutkan hati, sehingga yang lahir dalam keseharian adalah sikap empati dan menghargai orang lain.

Ibarat  besi keras dan karatan yang dibakar dan ditempa, maka hasilnya akan menjadi sebilah keris atau pisau yang tajam dan berdaya guna.

Wabah Corona dan berdekatan dengan Ramadan, bisa dijadikan kesempatan istimewa, mereguk manfaat batiniah maupun ragawi.

Smoga selepas wabah ini kemudian bulan ramadan, kita benar-benar lahir menjadi manusia baru. Kesabaran melewati tay at home dilanjut puasa sebulan penuh, menjadikan sebaik manusia.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun