Beberapa minggu belakangan ini, saat yang (katakan) menjadi ujian berat bagi kita semua. Kita diajak menahan diri, untuk sementara waktu tidak berkegiatan di luar rumah atau bepergian.
Sebenarnya boleh sesekali keluar rumah dan atau berkegiatan, tetapi untuk keperluan yang sifatnya urgent dan usahakan jangan terlalu lama.
Wabah virus corona, terbukti menyebabkan kematian pada ratusan saudara kita. Wabah ini menjadi pandemi, terjadi nyaris di seluruh dunia.
Tetapi saya meyakini satu hal, bahwa apa yang diciptakan-Nya tidak ada satupun yang sia-sia, termasuk kondisi yang kita hadapi saat ini.
Saya terus berupaya menanamkan sikap postif, di tengah gejolak hati yang (sebenarnya) ingin memberontak.
Saya meyakinkan diri sendiri, meyakinkan istri dan anak-anak, bahwa nestapa ini pasti ada ujungnya dan kan bertemu matahari baru.
Kalau kita mau melihat dari sisi baik, betapa keadaan saat ini menuntun kita dalam kesyahduan dan khusyu saat melangitkan doa.
Mungkin sebagian kita, biasa bolong ibadahnya, atau terburu-buru saat menjalankannya atau tak jenak berdoa dengan sepenuh hati.
Beberapa hari kedepan, bersamaan kita menyambut datangnya bulan suci Ramadan, alangkah baiknya moment ini kita manfaatkan sebaik-baiknya.
Bagi Kompasianer, yang masih ada tanggungan puasa tahun lalu, yuk segera dibayar mumpung masih ada waktu sebelum masuk bulan puasa.