Sepasang mata sayu itu, menatap lurus ke depan dengan pandangan menerawang. Entah apa yang ada di benak, seperti ada beban berat menggelayut hendak dihempaskan.
Saya melihatnya dengan penuh rasa iba, pria jelang enampuluh tahun duduk tak bertenaga. Badannya seolah tak bertulang, tandas sudah jejak-jejak keperkasaan pernah dimiliki.
Sekilas tampak penyesalan mendalam, tergambar di garis-garis wajah keriput itu. Â Beberapa penyakit kategori gawat, telah menggerogotinya tanpa ampun. Satu kata jamak diucapkan setiap orang yang melihat, yiatu "Kasihan".
Belas kasihan memang tak bakal menolong, tetapi apa daya selain empati bisa disampaikan.Â
"Kenapa tidak membeli asuransi kesehatan ya," gumam saya dalam batin.
Melihat rekam jejaknya sebagai orang kaya, semestinya bapak ini jauh hari sudah sadar akan perlindungan diri dan keluarga.
Kalau sudah kejadian begini, ibarat sudah jatuh ditimpa tangga, harta sudah habis plus sakit-sakitan. Apalagi di masa modern seperti sekarang, ada produk asuransi yang memberi benefit berupa jaminan kesehatan sesuai tagihan hingga Rp.7,5 milliar (gede banget kan). Â Â
Ya, tagihan sebesar itu, diberikan oleh Asuransi Sun Life Indonesia.
Sudah menjadi rahasia umum, ayah tiga anak ini semasa mudanya tergolong ambisius. Lahan miliknya tersebar di beberapa tempat, menjadikannya tuan tanah yang cukup disegani.
Dan dari sekian hektare tanah itulah, semua kisah pedih itu bermula.
------