Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Untuk Para Suami dengan Segenap Jerih dan Gigih

10 Maret 2020   08:13 Diperbarui: 10 Maret 2020   19:26 3527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai suami sekaligus ayah, pada titik tertentu, kadang saya tersadarkan tentang satu hal: betapa menjadi ayah adalah peran istimewa yang tidak boleh disia-sia dan disepelekan.

Ayah dibekali tekad dan energi tak terdefinisi, mendorong para kepala keluarga bersedia rela dan merelakan diri.

Saya berkesimpulan, bahwa ayah dipersiapkan menjalani episode "epic" di perjalanan hidupnya.  Bersedia meleburkan diri dalam tantangan, dan menjalaninya dengan sepenuh kesadaran.

Entah keyakinan seperti apa yang bersemayam di benak kami (para ayah), sehingga geming dalam gigih dan tak enggan mengorbankan diri sendiri

Saya juga tidak meyangka, akan disampaikan pada babak kehidupan yang sedahsyat ini, yaitu menjalani peran sebagai kepala keluarga.

Menuntun kepada kenangan, akan sosok almarhum ayah yang sederhana dan irit bicara. Yang bagaimanapun keadaannya, beliau telah mempersembahkan sebisanya untuk istri dan kami enam anaknya.

Ayah saya guru sekolah dasar, telah mencotohkan tentang kegigihan itu. Setiap pagi dan siang, menyusuri sawah sejauh lima kilometer ke desa tetangga menuju tempat mengabdikan diri.

"Menjadi ayah adalah peran istimewa yang tidak boleh disia-sia dan disepelekan."

Ilustrasi Ayah dengan Anak. (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Ilustrasi Ayah dengan Anak. (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Mungkin saja, ada waktu ayah jenuh mengeluh. Bisa jadi (disaat yang tidak kami ketahui), ayah berada di ambang putus asa.

Tetapi buktinya, kegigihan itu dijalani hingga masuk masa pensiun tiba. Dan sepeninggalnya, buah dari keringat dan tenaga kecil itu dinikmati gaji bulanan untuk istrinya sampai kini.

------

Berbahagia dan berbanggalah para ayah, karena kalian (sadar atau tidak) dianugerahi fitrah untuk menjalani tahapan (pengorbanan) itu.

Bagi ayah sejati, tak segan mempertaruhkan nyawa sekalipun, bersedia menempuh jalan terjal demi buah hati dan belahan jiwa dikasihi.

Bagi seorang ayah sejati, mengenggam tegar menjalani takdir dengan sepenuh hati. Tak goyah karena jerih, karena sadar bahwa dengan cara itu (berkorban demi keluarga) persembahan untuk kehidupan tertunaikan.

Ayah juga manusia biasa, yang rapuh menghadapi ujian berat atas peran yang disandang. Ayah juga manusia biasa, yang runtuh diuji kesanggupan dan kesetiaan dalam teguh dan daya tahan.

Kompasianer bisa melihat di sekitar, mungkin ada ayah yang meyerah kalah. Mereka menjadi lelaki dewasa tetapi kanak, melepas tanggung jawab penghidupan istri dan anak.

Ayah tak tahan dalam lelah, (bagi saya) tak ubahnya ayah yang mengingkari kodrat keayahan yang diemban.

Ayah sejati bukan sedemikan itu adanya, kehidupan menguatkan pundak untuk memikul amanah yang luar biasa.

Ayah abai, senyatanya dia menganiaya diri sendiri, memadamkan bara potensi dalam dada, yang melalui pengorbanan (sejatinya) kemampuan tergali.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi
Ayah boleh memberi waktu merenung, ketika kecapain telah sampai puncak. Ayah boleh sejenak singgah, meluruhkan peluh yang tiada sanggup ditanggung.

Tetapi keberserahan itu, bukan berarti menyurutkan langkah. Tetapi sejenak menghirup nafas itu, adalah saat kembali mereguk energi baru.

Karena menjadi ayah yang abai, sama saja dengan menjatuhkan martabat harkat sendiri di hadapan istri dan anak-anak (yang semestinya menghormati).

Untuk Para Suami dengan segenap Jerih dan Gigih

Pagi belum begitu sempurna, titik embun masih menempel di pucuk rerumputan. Langkah tegap lelaki perkasa itu terayunkan, rela beranjak dari empuk kasur membelah lelap di sudut jalanan.

Saya bersitatap dengan para ayah sejati, ketika waktu subuh baru saja memanggil. Mereka yang menjemput hari dengan siap berpeluh, adalah mereka yang telah menjalani fitrah itu.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi
Waktu mulai beranjak, gelap langit memudar kemudian berangsur terang. Saya berada di antara desak-desakan transportasi massal, berebut sejengkal ruang di kereta demi mengejar waktu.

Wangi sabun mandi dan pengharum badan sontak menguap, berbaur keringat yang menyembul di pori-pori pada pagi yang belum sepenuhnya pengap.

Apalah berat kami (para ayah) menjalani ? berat dan tidak berat, tidak lebih dari soal mengelola pikiran dan perasaan. Karena menyerap energi keayahan, seperti menggandakan semangat menjalani tantangan

Ya, kami para suami, ada yang pergi saat gelap dan pulang setelah larut. Melewatkan detik demi detik, bersama gegas dan hiruk pikuk di jalanan.

Bahwa memeras keringat, sudah bukan lagi tentang kepuasan diri sendiri, tetapi demi menyambung senyum dan meredam tangis orang-orang dikasihi.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi

Bahwa menjalani segala jerih dan gigih adalah menabung masa depan yang lebih baik demi anak-anak yang kepada mereka dilambungkan pengharapan.

Semogalah, ketangguhan yang kalian (para ayah) upayakan sekuat tenaga dan air mata, akan menjadi saksi dan bukti tentang kesungguhan.

Di hadapan Sang Penguasa Kehidupan, kalian telah membuktikan berusaha menjalani peran dengan sebagaimana mestinya.  Untuk para suami dengan segenap jerih dan gigih, apapun hasil segala peluh, sesungguhnya kalian adalah pemenang kehidupan sesungguhnya.

Perenungan - Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun