Saya ayah dua anak, dulu memposisikan diri sebagai tameng istri (sampai sekarang juga sih). Selalu menyisihkan waktu, ikut mendampingi periksa ke dokter kandungan.
Support bisa melalui lingkungan terdekat, seperti orangtua, saudara atau dari teman pergaulan. Diwujudkan dengan hal yang sederhana, misalnya membantu mengambilkan sesuatu, menyediakan kursi ketika ibu hamil datang dan sebagainya.
Dan tak kalah penting adalah support system medis, pada point tentunya melibatkan tenaga ahli (baca dokter kandungan). Keluhan ibu hamil selama semester 1 -- 3, musti dipantau dokter yang menangani.
Ibu hamil dengan perkembangan janin di rahimnya, tentu berpengaruh pada kenaikan berat badan selama kehamilan. Agar asupan nutrisinya terpenuhi, maka perlu memahami pola makan yang tepat selama kehamilan.
Saya sangat ingat nasehat dokter sewaktu kontrol, selama masa  kehamilan calon ibu dilarang konsumsi minuman bersoda, asupan yang mengandung gas (seperti buah nangka, durian) dan beberapa jenis makanan lainnya.
Karena tantangan di setiap tri semester berbeda, maka ibu hamil disarankan rajin mengikuti Prenatal Class secara terintegrasi. Pengalaman saya nih, semakin besar usia kandungan, kondisi si ibu semakin butuh perhatian.
Apalagi mendekati hari lahir, perut biasanya semakin besar, calon ibu merasa ngap dan semua gerakan semakin serba salah. Peran support system sangat penting, secara psikologis membantu ibu siap menghadapi persalinan.
Beruntung mendapatkan support system dari suami dan keluarga, sehingga setiap fase kehamilan dijalani dengan happy.
Kompasianer, yang saat ini sedang menunggu kehamilan, atau sedang menjalani masa kehamilan, atau sudah menjelang hari persalinan. Setiap keluhan masalah kehamilan, sebaiknya jangan dipendam sendiri, komunikasikan dengan suami dan keluarga.