Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Reynhard Sinaga dan "Anak Polah Bopo Kepradah"

8 Januari 2020   09:11 Diperbarui: 8 Januari 2020   18:18 7575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jelas dan gamblang, kita bisa menengok pada kejadian kaum sodom yang mendustakan ajaran Nabi Luth. Buah dari perilaku hubungan sesama jenis kelewatan, Sang Maha Pencipta mengazab kota yang penuh kemaksiatan ini.

sumber | Syahida.com
sumber | Syahida.com
Kejadian mirip-mirip, bisa kita saksikan berulang-ulang pada masa sekarang. Masih ingat kasus Ryan Jombang, pelaku seks menyimpang yang membunuh kekasih (sesama lelaki). Kejadian serupa terjadi pada seorang pesohor, (entah benar atau tidak) yang kemudian menyeretnya ke balik jeruji besi.

Kita semua (tanpa kecuali) juga punya kemungkinan, melakukan tindakan seperti apa saja. Tetapi batasan norma, membuat manusia dengan akal dimiliki berpikir jauh ke depan. Memikirkan dampak setiap perbuatan, yang di kemudian hari kembali kepada dirinya sendiri.

Pun masalah seks menyimpang, siapapun bisa dan punya kemungkinan untuk hal tersebut. Tetapi (lagi-lagi) semua kembali pada diri, seberapa konsisten si individu berpegang pada norma kehidupan yang berlaku.

Reynhard Sinaga dan "Anak Polah Bopo Kepradah"

Yang orang jawa, saya yakin tidak asing dengan paribasan (peribahasa) "Anak Polah Bopo Kepradah" artinya lebih kurang "anak yang berulah dan ayah terkena imbasnya". Dan untuk kasus kasus Reynhard Sinaga, benar saja jurnalis menelusuri asal usul lelaki kelahiran 36 tahun silam ini.

Menurut berita saya baca di sebuah portal, ayah Reynhard adalah seorang pengusaha sawit sukses. Tinggal di rumah mewah di daerah Depok, dan punya latar pendidikan sangat baik.

illustrasi-dokpri
illustrasi-dokpri
Dalam sebuah kelas parenting, saya pernah menyimak ulasan tentang tiga fase perekembangan anak. Yaitu golden age (usia emas) anak usia 0-7 tahun, kemudian 7- 14 tahun adalah pra dan pubertas, tahap ketiga 14- 21 tahun peralihan pubertas menuju dewasa.

Menurut psikolog, setiap masa perkembangan ada treatmentnya sendiri. Dan peran ayah ibu sangat vital, dalam pendampingan terhadap putra putri dikasihi.

Semua tahapan penting, tetapi lebih penting lagi adalah fase dasar yaitu di usia emas ( 0- 7 tahun). Kalau pada tahapan tersebut, ayah dan ibu bisa "merebut" hati anak. Maka tahapan selanjutnya, tinggal meneruskan dan mengelola sesuai masa tumbuh kembang.

Masih menurut psikolog, komunikasi adalah kunci dari semua hal. Anak yang terbuka dengan orangtua, akan suka berkisah apapun yang dia alami dan itu sangat bagus. Peluang ini bisa dimanfaatkan, untuk memberi pengertian pada anak dan belajar mencari solusi.

sumber } swaratuniaku.com
sumber } swaratuniaku.com
Menyoal peribahasa "Anak polah bopo kepradah", kenapa penekanan kepada ayah bukan kepada ibu. Menurut analisa ala-ala saya nih, ayah adalah simbol sebuah keluarga. Lazimnya ayah sebagai nahkoda, bertanggung jawab kepada setiap anggota keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun