Jelas dan gamblang, kita bisa menengok pada kejadian kaum sodom yang mendustakan ajaran Nabi Luth. Buah dari perilaku hubungan sesama jenis kelewatan, Sang Maha Pencipta mengazab kota yang penuh kemaksiatan ini.
Kita semua (tanpa kecuali) juga punya kemungkinan, melakukan tindakan seperti apa saja. Tetapi batasan norma, membuat manusia dengan akal dimiliki berpikir jauh ke depan. Memikirkan dampak setiap perbuatan, yang di kemudian hari kembali kepada dirinya sendiri.
Pun masalah seks menyimpang, siapapun bisa dan punya kemungkinan untuk hal tersebut. Tetapi (lagi-lagi) semua kembali pada diri, seberapa konsisten si individu berpegang pada norma kehidupan yang berlaku.
Reynhard Sinaga dan "Anak Polah Bopo Kepradah"
Yang orang jawa, saya yakin tidak asing dengan paribasan (peribahasa) "Anak Polah Bopo Kepradah" artinya lebih kurang "anak yang berulah dan ayah terkena imbasnya". Dan untuk kasus kasus Reynhard Sinaga, benar saja jurnalis menelusuri asal usul lelaki kelahiran 36 tahun silam ini.
Menurut berita saya baca di sebuah portal, ayah Reynhard adalah seorang pengusaha sawit sukses. Tinggal di rumah mewah di daerah Depok, dan punya latar pendidikan sangat baik.
Menurut psikolog, setiap masa perkembangan ada treatmentnya sendiri. Dan peran ayah ibu sangat vital, dalam pendampingan terhadap putra putri dikasihi.
Semua tahapan penting, tetapi lebih penting lagi adalah fase dasar yaitu di usia emas ( 0- 7 tahun). Kalau pada tahapan tersebut, ayah dan ibu bisa "merebut" hati anak. Maka tahapan selanjutnya, tinggal meneruskan dan mengelola sesuai masa tumbuh kembang.
Masih menurut psikolog, komunikasi adalah kunci dari semua hal. Anak yang terbuka dengan orangtua, akan suka berkisah apapun yang dia alami dan itu sangat bagus. Peluang ini bisa dimanfaatkan, untuk memberi pengertian pada anak dan belajar mencari solusi.