Saya yakin, setiap orang pasti ingin hidup tenang dan terbebas dari utang. Karena hidup bakal tidak nyaman, kalau kita dikejar aneka tagihan. Banyak contoh terjadi di sekitar kita, orang merana akibat terlilit utang yang tak terbayarkan.
Sejatinya semua hasil kita tuai saat ini, tidak lain adalah akibat dari perbuatan sendiri di masa silam. Makanya kita musti pintar, dalam mengatur dan merencanakan keuangan. Masalahnya, seberapa kuat, kita memegang niat dan rencana telah dicanangkan. Seberapa teguh kita sanggup, dan tidak mudah terperdaya dengan nafsu dan berperilaku konsumtif.
Sementara akses berutang, sekarang dengan begitu mudah bisa didapatkan. Mulai dari pinggir jalan (biasanya kalau macet), di gerbang keluar SPBU, di halaman masjid selepas sholat Jumat, dan masih banyak tempat strategis lainnya.
Ada lagi yang melalui SMS (tapi hati-hati dengan penipuan ya), menawarkan pinjaman serupa dengan segala kemudahannya.
Menyoal utang, saya punya kenalan yang rumahnya disita Bank. Gara- gara tidak sanggup membayar tunggakan, makin lama makin membengkak karena ditambah bunga pinjaman. Dua anaknya masih kecil butuh biaya sekolah, sekeluarga terpaksa angkat koper dari rumah cukup nyaman.
Saudara jauh, ada yang tidak berani pulang kampung, datang atau nongol di setiap acara kumpul keluarga. Lagi-lagi penyebabnya adalah masalah utang, saudara ini mangkir membayar ( padahal ke saudara kandung).
Jadinya semua perasaan dipendam, alhasil sama sama diam dan hubungan mulai merenggang. Sungguh, utang telah memporak porandakan hubungan pertemanan dan persaudaraan.
"Jangan Menyimpan Beberapa Telur dalam Satu Keranjang" Pepatah Kuno.Â
Saya sepakat dengan pepatah kuno tentang telur, sependek pengalaman saya mempratekkan, cara ini relatif efektif untuk meminimalisir utang. Analoginya juga sangat sederhana, dan menurut saya cukup masuk akal.
Bahwa apabila kita mempunyai (misal) duapuluh butir telur, sebaiknya cara menyimpan dibagi di tempat berbeda. Kalau diletakkan dalam satu keranjang yang sama, apabila sewaktu waktu keranjang jatuh maka (kemungkinan) semua telur akan pecah.
Pun dalam mengatur keuangan keluarga, cara yang sama (pepatah kuno tentang telur) bisa dipraktekkan. Kuncinya (lagi-lagi) kita musti konsisten, tidak mudah terperdaya dengan ujian dan godaan yang datang dari berbagai arah.
Menghindari Utang dengan Metode "Catat dan Pisahkan
Selaras dengan disampaikan Dipa Andhika, Financial Planer and founder Perusahaan bidang hiburan. Supaya tertib dalam mengatur keuangan keluarga, ada strateginya yaitu "mencatat dan memisahkan".
Artinya setiap pemasukan dan pengeluaran harus ada catatannya, dan paling penting uang dibagi dan dipisahkan sesuai post pengeluaran yang diperlukan (setiap orang berbeda postnya).
Saya pribadi menerapkan dari dulu, membuat pemisahan post, seperti uang pendidikan anak, uang bulanan istri, kebutuhan bulanan rumah (iuran RT, Listrik), kebutuhan harian sendiri, post kebutuhan lain-lain.Â
Misalnya uang sekolah satu setengah juta sebulan, kita musti (bisa tidak bisa) menyiapkan uang sebesar angka tersebut. Kalau sampai tenggat pembayaran belum terpenuhi jumlahnya, sementara bisa mengambil dari post lain-lain.
Tapi ingat! Pada kondisi demikian, kita musti bertindak tegas terhadap diri sendiri. Ketika sudah mengambil post lain, maka kita musti mewajibkan diri untuk mengembalikan. Seperti contoh diatas (uang pendidikan ditalangi post lain-lain), bergitu ada pemasukan diprioritaskan untuk segera dimasukkan di post lain-lain.
Saya tidak bisa memungkiri, bahwa semua rencana baik tidak selalu berjalan mulus. Ada saja godaan yang menghampiri, termasuk untuk pengeluaran yang diluar rencana. Hal ini sangat wajar, dan bisa menjadi kesempatan belajar bertindak tegas pada diri.
Menurut hemat saya, "mencatat dan memisahkan" adalah cara sederhana mengajari diri disiplin dalam hal keuangan. Kesannya memang ribet dan (ada yang bilang) pelit, tetapi apabila dibiasakan tidak terasa berat. Bukankan semua hal baik, akibat baik akan dirasakan oleh diri sendiri.
Hidup tanpa utang, tentu menjadi harapan semua orang. Tidak berurusan dengan utang, membuat hubungan dengan teman, tetangga, dengan saudara juga tidak terganggu. Kita tidak memendam perasaan tidak enak, langkah kaki lebih ringan untuk hadir dan datang ke acara keluarga.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H