Menyoal liburan panjang, perlukah pekerja lepas ikut-ikutan cuti dan liburan. Menurut saya, namanya freelancer, semua suka-suka yang menjalani toh tidak terikat jam kantor. Apalagi (seperti di awal tulisan), soal mengatur waktu bukan kendala terlalu berarti.
Persoalannya adalah berhitung dibudget, karena liburan tentunya membutuhkan dana tidak sedikit. Kalau saya, biasa memanfaatkan previlage sebagai freelancer. Dalam hal keleluasaan pengaturan waktu, saya manfaatkan benar-benar.
Sementara istri dan anak-anak bisa ikutan bisa tidak, kalaupun ikut diusahakan tidak menggangu sekolah. "orang lain mulai kerja, lu malah liburan" celetuk seorang teman.
Nah, pada saat liburan panjang. Saya memanfaatkan discount atau voucher atau compliment, untuk mengisi liburan dan menyenangkan anak-anak. Ada voucher belanja ini dan itu, prioritas untuk memenuhi keinginan anak. ada voucher staycation di hotel, juga dipakai pada saat anak-anak liburan.
Jadi kami tetap bisa liburan, dengan menyiasati dana untuk bersenang-senang. Kalaupun mengajak anak liburan ke luar kota, dana tetap dipersiapkan jaih-jauh hari. Seperti tahun ini, kami merencanakan liburan di luar Jakarta.
Bagi freelancer, yang suami/istrinya pekerja kantoran, sangat bisa menyesuaikan jadwal libur pasangan. Kesempatan suami istri mengeratkan hubungan pernikahan, untuk melanggengkan hidup berumah tangga.
Saya yakin, apapun profesi dan pekerjaan yang dijalani. Pasti punya previlage masing-masing, tinggal kitanya saja yang jeli memanfaatkan. Nah, bagi kalian yang freelancer seperti saya, bagaimana perlukah mengisi liburan panjang?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H