Pengalaman pribadi nih, saya dulu paling pintar bikin alasan dan bersilat lidah kalau masalah badan gendut. Saya merasa punya badan ideal, padahal faktanya, berderet kancing di baju sudah teriak kencang.Â
Merasa makannya sedikit, padahal satu piring didominasi oleh asupan karbo.
Kebiasaan setelah makan besar, diteruskan minum minuman manis, ditutup desert manis ditambah lumeran cokelat di atasnya. Apalagi saya kerap datang ke gathering dan sejenisnya, jadi akrab dengan makanan enak.
Karena tidak tahu ilmu dan enggan bertanya, pola diet saya (yang dulu) juga salah kaprah. Bener sih mengurangi porsi makan, tetapi asupan dipilih tetap saja gorengan, atau sayur diolah dengan santan. Dan lagi lagi, minuman warna warni yang mengandung soda (alias soft drink), paling saya gemari.
Lingkungan terdekat yaitu keluarga cukup mendukung (jadinya nyalahin orang lain kan), ibu tak henti meyakinkan bahwa bobot dan tinggi anak ragilnya ini sesuai.Â
Perawakan saya tidak tampak terlalu gemuk, justru kalau kurus muka terlihat pucat seperti orang sakit.
Sama sekali tidak ada kata unsur kata, yang memotivasi atau memberi dukungan pada suaminya untuk diet. Dan saya semakin nyaman, karena merasa semua aman terkendali ---hehehehe.
O'ya, sempat dulu presenter Dewi Hughes dengan tubuhnya yang subur (sekarang sudah diet dan berhasil), mempopulerkan (semacam) slogan "Big is Beautiful". Saya termakan juga dengan slogan ini, bahwa tubuh gemuk pun bisa tetap menarik.