Singkat cerita, terjadi deal dan kami sepakat membeli rumah dari pemiliknya. Setelah penghuni lama pindah, rumah sempat kosong sekira lima bulanan. Kami masih tinggal di rumah kontrakan, seminggu sekali saya sambangi untuk ngecat dan bersih-bersih.Â
Sisa tabungan yang ada, dgunakan untuk memasang ubin dan membenahi kamar mandi serta dapur supaya enak dilihat. Â
Setelah membeli rumah kemudian renovasi sedikit, uang di tabungan ludes tinggal ratusan ribu saja. Kami bertahan dengan sedikit uang, sampai akhir bulan saatnya gajian.
 Â
Tinggal di perumahan lama ada enaknya (dan tidaknya), lingkungan sudah terbentuk dari dulu. Warga terdiri dari ragam usia, ada yang sudah sepuh (seumuran ayah saya), sedikit yang seumuran saya atau istri.
Saya musti pintar membawa diri, aktif di kegiatan warga, Â sebaiknya lebih banyak diam mendengarkan. Sebagai pendatang baru, (menurut saya) tak elok terlalu menonjolkan diri.
Saya yakin, Â tinggal di perumahan baru-pun, pasti ada enak dan tidaknya. Teringat nasehat ibu di kampung, bahwa kunci hidup ini adalah bersyukur dan menikmati proses diberikan kehidupan.Â
Di penghujung artikel, saya haturkan doa, semoga Kompasianer's dimudahkan rejeki, untuk membeli rumah- Amin. Semoga bermanfaat.