Emosi yang semula meluap perlahan padam, suhu panas dan berapi-api di kepala, mendadak seperti disiram air es. Suasana hati sontak berubah, amarah mereda dan perlahan hilang. Â Penyesalan tiba-tiba bertumbuh, untuk tindakan gegabah dan tak pikir panjang itu.
Ayah, Jangan Mudah Meluapkan Amarah Kepada Anak
Penelitian Oregon State University (OSU), bahwa ada keterikatan antara karakter dengan lingkungan yang membentuk pribadi seorang anak. kalau mendapati anak yang mudah marah, orangtua jangan menyalahkan tetapi sebaiknya introspeksi.
Anak di usia golden age (periode emas 0-7 tahun), sangat mudah dipengaruhi karakternya terutama oleh orang terdekat (tentu saja orangtuanya). So, kalau ayah atau ibu suka berkata kasar, berperangi tak bersahabat, berlaku curang. Maka lihat saja akibatnya, si anak akan meniru di kemudian hari.
Emha Ainun Nadjib, dalam salah satu esai di buku yang berjudul "Seribu Masjid Satu Jumlahnya." Bahwa Tuhan menciptakan apapun di dunia ini, hanya untuk kebaikan dan kebermanfaatan manusia itu sendiri. Â Mustahil Tuhan menciptakan kesia-siaan, . Ketidakbaikan ada, karena si manusia belum siap ilmu saat kesempatan baik menghampiri. Kecurangan bisa datang, ketika kejujuran dikalahkan oleh ego manusia itu sendiri.
Kemarahan pada anak itu wajar, tetapi jadikan sebagai emosi sesaat, jangan marah berlebihan dan jangan kelewatan. Marah yang keterlaluan, ujung- ujungnya orangtua akan menyesal. Dan kemarahan yang berulang-ulang, dampaknya di kemudian hari (amit-amit) anak mencontoh perilaku orangtua
Kalau orangtua terlanjur marah, jangan malu meminta maaf pada anak. Minta maaf bukan tindakan yang memalukan, justru moment emas yang diingat anak sampai kapanpun. Ikuti kemarahan yang sesaat, dengan meraih dan mendekap buah hati kesayangan.
Agar anak-anak paham dan merasakan, bahwa rasa sayang kita lebih besar dibanding kemarahan yang sesaat itu. Semoga bermanfaat !