Secara fisik dan psikologis, anak yang secure cenderung berkembang lebih sehat mental dibanding insecure. Berdasarakan studi attacment, anak secure mampu memecahkan masala dengan baik, lebih kreatif, bisa bergaul, lebih sensitid kepada teman, banyak inisiatif dan sebagainya.
Sementara anak insecure, lebih kerap menunjukkan kemarahan dan agresivitas, sulit diatur mengindikasikan gangguan psikologis dan kekurangan dalam hal lain.
------
"Anak gue, tadi mulai nolak waktu dicium di depan sekolah. emang umur berapa, biasanya anak mulai malu dicium ya" curhat seorang ibu.
Saya pernah mengalami hal yang sama, awalnya merasa aneh, karena ketika ujung hidung si ayah mendekat ke pipi si anak sontak menghindar. Tetapi seketika saya tersadar, bahwa anak mulai tumbuh besar dan kita yang musti menyesuaikan.
Dari beberapa artikel saya baca, kita orangtua musti belajar menyesuaikan diri dengan anak. Tetap bisa membangun kedekatan, tetapi dengan kadar dan porsi sesuai umur anak.
Saya dulu hapal kebiasaan anak, dia akan ngintili (ngikuti) kemanapun ayahnya pergi. Bahkan pernah ketika hujan deras, ayahnya yang mau membeli lauk ditangisi karena pengin ikut. Kebiasaan ini sedikit demi sedikit memudar, ketika anak sudah mulai masuk di usia balita.
Nah pada usia masuk sekolah dasar, biasanya akan terjadi perubahan. Anak mulai punya dunia sendiri, lebih tertarik bermain bersama teman sebaya dibanding bersama ayah ibunya. Lebih suka mengeksplorasi mainan sendiri, dibanding minta bantuan orangtua.
Termasuk soal perlakuan, anak sudah merasa besar sehingga mulai tumbuh rasa malu, ketika dipeluk, digandeng, dicium ayah dan ibu dihadapan teman atau di tempat umum.
Tenang, kita para orangtua masih bisa mempertahankan kedekatan dengan anak, tentu dengan pendekatan yang berbeda. Kalau anak punya rasa secure dengan ayah ibunya, dia akan bercerita apapun dialami kepada tempat yang membuatnya aman dan nyaman. Kedekatan orangtua dan anak yang sudah besar, akan tampak dari seberapa terbuka anak bercerita kepada orangtuanya. Semoga bermanfaat.