"Kondisi depresi bisa terjadi pada siapa saja, termasuk orang yang belajar tentang psikologi, tidak terlepas dari masalah kejiwaan" Dr. Indria Laksmi Gamayanti, M.Si,. Ketua Umum Ikatan Psikolog Klinis
Beberapa hari lalu, saya berkesempatan hadir pada peringatan "Hari kesehatan Jiwa Sedunia 2019", di kantor Kementrian Kesehatan RI. Tema peringatan tahun ini, "Mental Health Promotion and Suicide Prevention." Banyak pengetahuan baru saya dapati, termasuk tentang kondisi ibu pasca melahirkan yang kurang minat terhadap bayinya.
Jujur, sebagai ayah saya sempat kaget. Ternyata ada kondisi yang sepertinya baik-baik, tetapi si ibu enggan menyentuh bayi yang baru dilahirkan dari rahim sendiri. Padahal ada suami yang mendampingi, ada orangtua yang juga siap membantu.
"Kok ada ya?," bisik batin ini setengah protes.
Namun, acara ini membuka ruang baru di benak ini, betapa penting kita semua untuk Sadar Kesehatan Mental.
Kecemasan Pada Ibu Hamil
Banyak faktor penyebab depresi, bisa diawali dengan gangguan fisik, bisa dari rasa cemas yang berlebihan, perasaan terasing dari lingkungan sosial dan lain sebagainya.
Sementara depresi pada ibu pascamelahirkan, bisa dipicu dari kondisi selama masa kehamilan.Â
Seorang ibu yang punya keinginan membuang bayinya, bisa jadi karena telah memendam kecemasan saat janin masih ada di rahim.
Kemudian setelah bayinya lahir, ternyata kondisi tidak ideal dialami si ibu.
Mungkin pernah kita baca berita, ibu yang membuang bayi karena hamil di luar nikah. Ada juga alasan, karena laki-laki tidak bertangung jawab itu (yang menghamili) menghilang bak ditelan bumi.Â