Seorang teman menulis status di FB, dirinya sedang berada di sebuah Rumah Sakit di daerah Jakarta Selatan. Teman yang juga seorang ibu usia 40-an ini, rupanya sedang diberi dua pilihan oleh dokter, apakah mau dioperasi atau pilih menurunkan berat badan.
Membaca satu persatu koment, selain memberi dukungan untuk semangat hidup sehat ada yang bertanya perihal sakit diderita. Pemilik status menjawab, akibat berat badan berlebih ada bagian tubuhnya yang terdampak. Selain tulang 'terpaksa' menyangga beban berlebih, ada otot di salah satu bagian tubuh protes berat.
Saya mengenal teman ini, masih ingat status FB yang pernah ditulisnya sekira empat atau lima bulan lalu. Di status terdahulu beliau menyatakan, bahwa dirinya sedang semangat menjalani diet, karena dokter mengindikasi beberapa penyakit (tidak dijelaskan dengan detil).
Kala itu di kolom komentar saya menulis, lebih kurang support dan dukungan dan memberi sedikit saran, perihal pola makan dan olahraga yang dijalani, didasarkan pengalaman diet yang pernah saya lakukan.
Maka hari itu, ketika mendapati teman ini menulis status berlawanan, saya menanyakan kembali kemana semangat yang pernah disampaikan dulu. Dan bagaimana pelaksanaannya, kok sekarang tiba-tiba diberi dua pilihan oleh dokter. "Sempat turun sebentar mas, tapi meleng sedikit saja langsung deh, balik lagi" jawabnya
Kompasianer's, betapa musuh paling berat pada setiap diri manusia, ternyata bukan orang lain yang lebih kuat atau yang lebih pintar, musuh itu bukan siapa-siapa tetapi diri sendiri. Setiap kita, setiap waktu berhadapan dengan pertentangan dari dalam diri.
Pada pagi hari kita berjuang mengalahkan diri, dengan bangun dan meninggalkan kasur empuk serta selimut hangat, bersikukuh melawan dingin dengan tetap mandi.Â
Berangkat ke tempat beraktivitas, mengesampingkan rasa malas dan bosan, menghadapi rutinitas kemacetan dan penat di transportasi publik. Sampai kantor menghadapi pimpinan yang (mungkin) sedang marah, menghadapi pelanggan atau konsumen yang emosi.
Akhir bulan selepas gajian, uang dibagi ke beberapa post pegeluaran dan tiba-tiba sudah tinggal sedikit, padahal masih ada tunggakan ini dan itu musti dibayarkan. Belum lagi, tangung jawab membayar sekolah anak, membayar iuran keamanan RT, membayar arisan bulanan dan seterusnya dan seterusnya.
Apakah, tantangan demi tantangan tersebut membuat surut ? Buktinya, kita bertahan sampai detik ini. Tetap bekerja dan berusaha, menjalani hidup meski serumit apapun masalah dijalani.Â