Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Makan Sedikit tapi Sering atau Makan Banyak tapi Jarang?

12 Agustus 2019   09:03 Diperbarui: 12 Agustus 2019   19:15 1037
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Inti diet adalah, apa yang dimakan harus lebih sedikit daripada yang keluar, sebaiknya pilih makanan yang besar, namun kalorinya kecil," ujar dr. Grace

Menurut survei Lighthouse Indonesia, 99% orang tahu tentang diet tetapi tidak bisa (tepatnya enggan) melakukannya. Hal ini disebabkan pola pikir yang salah dan kurang motivasi, sehingga membuat orang susah merubah habit.

Saya sepakat dengan survei ini. Banyak teman saya yang sudah gemuk, tapi mereka tetap saja makan banyak dan terkesan tidak pilih dan pilah jenis asupan --hehehe.

Makan sedikit tapi sering, atau makan banyak tapi sekali?

Saya suka penjelasan dr Garce pada bagian ini, yaitu menyarankan sekaligus memberi alasan, mengapa sebaiknya makan sedikit tapi sering dibanding makan banyak tapi sekali. Menurut dokter lulusan Jerman ini, dengan sedikit makan, kemudian berhenti, artinya memberi kesempatan tubuh menyerap saripati makanan yang masuk ke dalamnya.

Illustrasi-dokpri
Illustrasi-dokpri
Sementara makan sekali tapi banyak (bisa jadi sampai perut terasa begah), tidak bisa dijadikan jaminan, bahwa kalau ada ada camilan atau makanan lain, kita tidak tergoda untuk ikut makan lagi (padahal lambung belum sepenuhnya kosong)

Makan sedikit ada tekniknya, yaitu ketika perut sudah berbunyi kriuk-kriuk baru kita makan secukupnya sampai sinyal lapar di perut itu hilang dan setelah itu berhenti (ingat ya BERHENTI setelah kriuk hilang).

Biasanya, hal ini akan terulang pada dua jam berikutnya, bunyi kriuk itu datang silakan makan lagi dengan cara yang sama, yaitu makan sedikit sampai bunyi kriuk hilang dan seterusnya. "Anggap saja kita kaya, jadi punya banyak stok makanan," imbuh dr. Grace.

Benak saya otomatis bekerja, ketika menerapkan pola makan sedikit tapi sering, berati kita tidak bisa sembarang memilih jenis asupan (misalnya) soto ayam, gulai kambing, sate kelinci, ketupat sayur, bubur ayam dan lain sebagainya, makanan yang berkuah dan dicampur aneka toping.

Bayangkan, baru makan dua tiga sendok soto ayam bunyi kriuk hilang, kemudian soto ayam masih dua pertiga mangkok ditinggal untuk dua jam. Bagaimana nasib makanan ini, pas dimakan lagi? Dijamin sudah keburu basi.

illustrasi-dokpri
illustrasi-dokpri
Maka jenis asupan yang relatif aman adalah buah dan atau sayuran, atau snack yang ukurannya sedang sehingga dengan sekali atau dua kali makan tidak bersisa. Buah sudah dipotong relatif aman, setelah makan tiga empat potong bisa disimpan di kulkas. Atau kalau mau makan gado-gado sayur, sebaiknya sambalnya dipisah, jadi pas kita lapar ambil sayurannya kemudian dicocol (seperti makan rujak buah).

Terkait diet kenyang yang diterapkan Hughes, ternyata strategi diterapkan persis seperti penjelasan dr. Garce, yaitu makan sedikit tapi sering. Orang yang sedang diet kenyang, sebaiknya rajin membawa bekal praktis. Kalau saya, biasanya membawa buah potong atau umbi-umbian direbus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun