Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Belajar tentang Konsistensi dari Suzzana dan Christine Hakim

10 Agustus 2019   05:56 Diperbarui: 10 Agustus 2019   09:13 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa tidak kenal dengan dua nama besar, saya sebutkan di judul artikel ini. Pecinta film Indonesia, saya yakin sudah tidak asing lagi. Keduanya adalah dua legenda perfilman, yang telah membaktikan hidupnya untuk dunia film Indonesia.

Kalau menarik benang merah, konsistensi menjadi kata kunci dari keduanya, dan hal ini sangat bisa  diberlakukan di semua bidang profesi dan atau pekerjaan.

Orang-orang yang menonjol di bidangnya, lazimnya adalah orang yang tekun penuh totalitas. Menyediakan diri dan bertahan saat mengalami naik turun dan jatuh bangun pada profesi yang dilakoni. Mereka adalah orang-orang tangguh, memberi ruh pada apa yang tengah dikerjakan.

Untuk mencapai sukses, di semua bidang pekerjaan butuh proses panjang, tidak jarang ada iming-iming meloncat ke bidang lain yang sekiranya (dianggap) lebih menjanjikan.

Malcolm Gladwell dalam buku Outliers menyampaikan, "Kesuksesan adalah rangkaian dari latihan dan praktek berkepanjangan tiada henti dan tiada jenuh, Sukses praktek 10.000 jam, akan menjadikan anda seorang yang ahli dalam bidangnya, mastery in a field."

-----

Nama Suzzana, identik dengan peran-perannya di film horor, sepeninggalnya (menurut hemat saya) belum ada yang bisa menggantikan. Coba saja perhatikan, siapa yang bisa mencontoh keotentikannya dalam membawakan karakter di film horor.

Suzzana berkecimpung di layar perak mulai tahun 50-an, film berjudul "Darah dan Doa" menjadi debut pertama  di usia masih belia. Film-film selanjutnya, menilik dari judulnya, seperti Asmara Dara, Bertamasja, Antara Timur dan Barat dsbg), bukanlah judul film bergenre horor.

 

optidaily.com
optidaily.com
Baru di tahun 70-an, perempuan kelahiran Bogor 13 Oktober 1942 ini, seperti menemukan kekhususan (niche) di dunia film. Layar lebar berjudul "Bernafas dalam lumpur", mengantarkan dan kemudian mematrikan namanya menjadi legenda horor Indonesia.

Berderet film horor selanjutnya dibintangi, seperti "Sundel Bolong","Nyi Blorong", "Nyi Ageng Ratu Pemikat"," Ratu Sakti Calon Arang", hingga film terakhir dibintangi (sebelum berpulang) di tahun 2008 "Hantu Ambulance" semakin mengokohkan ketokohannya di peran horor.

Hanya dengan melihat wajah dan tatapan mata Suzzanna saja, penonton seperti diajak merasakan suasana mistis dan dibawa pada aura horor. Ya, karakter horor, seolah menjadi satu kesatuan dengan Suzzana.

Lepas dari masalah di kehidupan pribadinya, kiprah dan predikat mendiang Suzzana sebagai ratu horor Indonesia belum tergantikan sampai detik ini. Pun ketika ada film remake, kemudian memasang pemain terkenal untuk memerankan dirinya, aura horor itu masih belum sepenuhnya berhasil ditransformasikan.

-----

iradiofm.com
iradiofm.com
Menyebut nama satu ini, saya (secara pribadi) seperti diajak belajar sekaligus mempertanyakan tentang konsistensi pada diri saya sendiri. Sejauh mana ketekunan dan konsistensi dikerahkan, pada bidang yang telah saya pilih untuk diseriusi.

Dan Christine Hakim adalah jawabannya, beliau menjadi sosok inspirasi dengan kiprah dan rekam jejak tidak diragukan. Nama besarnya dijadikan jaminan, bagi suksesnya sebuah peran di film yang sedang dibintangi.

Sepanjang perjalanan karirnya, beliau telah meraih delapan Piala Citra (6 sebagai pemain utama wanita terbaik dan 2 pemeran pendukung wanita terbaik) Festival Film Indonesia (FFI), prestasi luar biasa dan (sampai saat ini) belum ada satupun aktris bisa menandingi.

Perempuan kelahiran Kuala Tungkal Jambi ini, merintis karir keartisan di dunia film sejak  awal tahun 70-an. Tepatnya pada tahun 1973, bakatnya ditemukan sutradara Teguh Karya, untuk membintangi film "Cinta Pertama." Siapa nyana, film perdana tersebut mengantarkannya menyabet piala Citra pertama sebagai pemeran utama wanita pada FFI 1974 di Surabaya.

Waktu terus melaju dan setiap keadaan menempanya, dari satu judul film ke judul film lainnya, semakin mengasah intuisinya sekaligus kepekaan mewujudkan karakter yang diperankan.

Tak ayal, terobosan dan peluang besar terbuka di depan mata, tahun 2010 dipercaya bermain di film Hollywood berjudul "Eat Pray Love" satu scene bersama Julia Robert. Pernah juga ditunjuk sebagai anggota juri, pada ajang festival film Cannes tahun 2002.

Kiprahnya tidak berhenti di dunia film saja, Christine melebar kegiatannya sebagai aktivis pendidikan dan autisme, kemudian pada tahun 2008 menjabat sebagai Duta Indonesia untuk Unesco, dengan focus pada masalah pendidikan.

Dalam sebuah wawancara di channel youtube, pemeran Tjoet Nja' Dien ini mengaku, bukan sekali dua kali dirinya terbersit niat ingin berhenti dari dunia film. Namun dengan sekuat tenaga, keinginan itu ditepis dengan menanamkan tekad menjadikan dunia film sebagai ladang perjuangan.

-----

Logo Komik- admin Komik
Logo Komik- admin Komik
Memilih sikap konsisten, membutuhkan pengorbanan besar, dan mengalahkan ego diri adalah perjuangan yang menuntut pengorbanan besar itu sendiri. Namun buah di kemudian hari sangat sepadan, orang dengan konsistensi teruji, akan mendapati dirinya pada titik yang tidak disangka.

Suzzana dan Christine Hakim, adalah sedikit dari contoh nama yang memegang dan terbukti berhasil menjalani konsistensi itu. Namanya menginspirasi orang lain (saya merasakan itu), bahkan sepeninggalnya (seperti Suzzana) tidak bakal dilupakan begitu saja.

Kompasianer's, apapun bidang yang sedang ditekuni, sangat bisa menyertakan konsistensi di dalamnya. Dan biarlah waktu akan membuktikan, seberapa besaran timbal balik akan diterima. -- semoga bermanfaat-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun