Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Belajar tentang Konsistensi dari Suzzana dan Christine Hakim

10 Agustus 2019   05:56 Diperbarui: 10 Agustus 2019   09:13 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lepas dari masalah di kehidupan pribadinya, kiprah dan predikat mendiang Suzzana sebagai ratu horor Indonesia belum tergantikan sampai detik ini. Pun ketika ada film remake, kemudian memasang pemain terkenal untuk memerankan dirinya, aura horor itu masih belum sepenuhnya berhasil ditransformasikan.

-----

iradiofm.com
iradiofm.com
Menyebut nama satu ini, saya (secara pribadi) seperti diajak belajar sekaligus mempertanyakan tentang konsistensi pada diri saya sendiri. Sejauh mana ketekunan dan konsistensi dikerahkan, pada bidang yang telah saya pilih untuk diseriusi.

Dan Christine Hakim adalah jawabannya, beliau menjadi sosok inspirasi dengan kiprah dan rekam jejak tidak diragukan. Nama besarnya dijadikan jaminan, bagi suksesnya sebuah peran di film yang sedang dibintangi.

Sepanjang perjalanan karirnya, beliau telah meraih delapan Piala Citra (6 sebagai pemain utama wanita terbaik dan 2 pemeran pendukung wanita terbaik) Festival Film Indonesia (FFI), prestasi luar biasa dan (sampai saat ini) belum ada satupun aktris bisa menandingi.

Perempuan kelahiran Kuala Tungkal Jambi ini, merintis karir keartisan di dunia film sejak  awal tahun 70-an. Tepatnya pada tahun 1973, bakatnya ditemukan sutradara Teguh Karya, untuk membintangi film "Cinta Pertama." Siapa nyana, film perdana tersebut mengantarkannya menyabet piala Citra pertama sebagai pemeran utama wanita pada FFI 1974 di Surabaya.

Waktu terus melaju dan setiap keadaan menempanya, dari satu judul film ke judul film lainnya, semakin mengasah intuisinya sekaligus kepekaan mewujudkan karakter yang diperankan.

Tak ayal, terobosan dan peluang besar terbuka di depan mata, tahun 2010 dipercaya bermain di film Hollywood berjudul "Eat Pray Love" satu scene bersama Julia Robert. Pernah juga ditunjuk sebagai anggota juri, pada ajang festival film Cannes tahun 2002.

Kiprahnya tidak berhenti di dunia film saja, Christine melebar kegiatannya sebagai aktivis pendidikan dan autisme, kemudian pada tahun 2008 menjabat sebagai Duta Indonesia untuk Unesco, dengan focus pada masalah pendidikan.

Dalam sebuah wawancara di channel youtube, pemeran Tjoet Nja' Dien ini mengaku, bukan sekali dua kali dirinya terbersit niat ingin berhenti dari dunia film. Namun dengan sekuat tenaga, keinginan itu ditepis dengan menanamkan tekad menjadikan dunia film sebagai ladang perjuangan.

-----

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun