Ego adalah struktur psikis yang berhubungan dengan konsep tentang diri, diatur oleh prinsip realtis dab ditandai oleh kemampuan untuk menolreansi- wikipedia
Ego yang dibiarkan menguasai, cenderung membuat si pelakunya menjadi egois. Dan sikap mau menang sendiri, hanya ingin pendapatnya yang didengarkan, hanya dia yang merasa perlu mendapat tempat, kalau dibiarkan berlanjut sangat  bahaya.Â
Pernikahan bisa dijadaikan salah satu cara melunturkan ego, karena di awal pernikahan suami dan istri punya tujuan yang sama, yaitu bagaimana rumah tangga bisa bertahan sampai akhir hanyat.
Perbedaan jangan dipemasalahkan, Seperti di awal tulisan, bahwa suami istri adalah dua orang berbeda, musti disepakati bersama. Sebagai dua pribadi, lahir dan tumbuh di lingkungan berbeda, dengan latar pendidikan, pergaulan, lingkungan atau lingkaran pertemanan yang tidak sama. Â Jadikan kondisi yang berbeda tersebut, sebagai ajang untuk belajar memahami satu dengan lainnya.
Mencari Persamaan, Namanya juga dua kepala, tak urung kalau muncul perbedaan pendapat. Wajar kalau sesekali muncul rasa kecewa atau tidak sreg sikap dengan pasangan. Namun Ibarat mur dan baut, justru keduanya bisa jadi satu karena berbeda, mur dan baut berfungsi untuk saling menguatkan. Mur dan baut yang terpisah, tidak akan bisa berguna dengan optimal.
Saling Melengkapi, dalam pernikahan mari (sebaiknya) mengabaikan ide, bahwa kita akan cocok dengan orang yang banyak persamaan (pemikiran, sikap, ide dsb). Kehidupan telah menurunkan takdir, bahwa pasangan yang ada saat ini, adalah jodoh terbaik diberikan kehidupan. So, seberapapun perbedaan itu, tumbuhkan sikap saling melengkapi.
Penyesuaian tidak Instan, Proses penyesuaian suami dan atau istri, membutuhkan waktu dan tidak bisa kita tentukan batasnya. Bisa saja, penyesuaian terjadi enam bulan, satu tahun, dua tahun dan sebagainya. Focus pada melalui proses penyesuaian, sembari terus belajar menjadi pribada yang lebih baik.
Jangan Menang Sendiri , Laki-laki lazimnya mengandalkan logika, tepi perlu diingat, menang debat (meskipun disertai bukti ilmiah) dengan istri bukan pencapaian hebat. Perempuan, identik dengan makhluk yang kerap mengandalkan perasaan, tapi ingat permasalahan tidak selesai dengan cucuran air mata.Â
Suami istri jangan maunya menang sendiri, musti bersinergi kapan (sebaiknya) memakai logika dan kapan menggunakan perasaan, keduanya musti diselaraskan.
Mencapai Tahap Penerimaan, Buah dari menyesuaikan, suami dan istri akan sampai pada (yang disebut) 'penerimaan'. Pada fase 'penerimaan', inilah pasangan suami/istri seperti berada di pintu kedewasaan. Â