Dulu, saat masih di kantor lama, saya punya teman satu ruangan di divisi yang sama. Teman ini memiliki perawakan good looking. Â Posturnya tinggi besar, memiliki perawakan ideal, kulitnya bersih dan sangat memperhatikan penampilan. Dari sisi wajah, (menurut saya) bisa dikelompokkan dalam kategori ganteng.
Soal outfit of the day (OOTD) jangan ditanya, setiap hari pakaian dikenakan berganti-ganti, celana dan baju dipilih warnanya selaras dan sedap dilihat. Kalau bepergian ke luar kota, kaos dan celana santai, sepatu, koper dan segala perangkatnya sangat kekinian dan up to date.
Sebagai staf di divisi marketing, teman ini memiliki performa kerja yang bisa diandalkan. Selain gaji pokok bulanan, juga mendapat komisi untuk setiap penjualan dihasilkan. Saban hari punya jadwal keluar kantor, baik untuk meeting dengan client, kadang lunch meeting, hadir di acara peluncuran produk, diundang bedah buku para tokoh dan lain sebagainya.
Maka tak heran, kalau punya tabungan lebih dan memasang gaya hidup ala urban. Pergaulan luas dan penampilan yang menunjang, siapa tidak ingin seperti teman satu ini. Pada usia ke 35 tahun, lelaki ini tampak semakin matang, garis wajahnya semakin tegas, tulang tulangnya tampak kokoh.
Meski beberapa teman junior menyapa dengan panggilan "pak", Â teman ini rupanya belum juga mengakhiri masa lajang. Â Entah apa alasannya, saya enggan mencampuri urusan orang lain (kecuali dia cerita lebih dulu dan minta pendapat).
Beberapa teman perempuan merasakan, bahwa lelaki berparas ganteng kurang bisa menempatkan diri dan kurang piawai mengambil hati. Kalau bertukar ide dengan kawan (apalagi) perempuan, tak segan 'membantai' lawan tanpa di depan umum mempertimbangkan perasaan. Kalau sudah tidak cocok dengan gagasannya, teman ini memasang sikap tidak mengenakkan.
-------
Masih di kantor (lama) yang sama, office boy (OB)Â kami memiliki perawakan kecil dan berkulit gelap dengan wajah standard. Selain punya tugas beberes kantor, teman kantor suka minta tolong dibelikan bubur ayam di pagi hari atau menu untuk makan siang.
Jangan bicara masalah OTD, meski setiap hari baju dipakai tidak sama, tetapi corak dan warnanya kami lumayan mengenal (maksudnya saya, ada baju dipakai setiap senen, setiap selasa dst). Saking kenal dengan baju dipakai, dari kejauhan kami bisa menandai bahwa yang pakai baju kotak hitam adalah OB kantor kami.
"Beneran, Lo mo merried" ujar seorang teman setengah kaget, seusai membaca undangan ditempel di papan pengumuman. Pada usia ke 26 tahun, office boy baik hati ini hendak melepas masa lajang dan berniat mengundang teman sekantor datang pada resepsi pernikahan.
"Yakin, lo udah berani nafkahin anak orang," teman lain meyakinkan. "Ya yakin mbak, wong sudah mau dinikahin" jawabnya dengan logat jawa medhok.
Karena satu dan lain hal, seingat saya ada urusan ke luar kota, saat itu saya tidak bisa hadir, tetapi angpao saya siapkan dan diberikan setelah masuk kantor.
Pesona Fisik Itu Ada Batasnya
Ganteng dan atau tidak ganteng, tidak bisa dijadikan satu-satunya tolok ukur, untuk urusan cepat atau lambatnya mendapat pendamping hidup. Banyak faktor lebih diperhitungkan, dari sekedar pesona wajah dan fisik semata.
Persiapan mental lebih utama, sementara persiapan materi (saya yakin) bisa diupayakan asal mau berusaha dan tidak gampang menyerah. Seterusnya, bagaimana si calon suami memegang komitmen dan meyakinkan pasangannya.
Yang memiliki wajah ganteng, bukan jaminan lebih dulu menemukan tambatan dan menikah lebih dulu. Sementara yang punya wajah standart (termasuk saya), juga belum tentu lebih lambat menikah.
Orang yang siap menikah, adalah orang yang (biasanya) siap mengesampingkan ego pribadi, siap mengalahkan kemauannya demi keselarasan dengan pasangannya. Proses mengelola ego, akan berjalan alami dengan proses learning by doing pada masa pernikahan berjalan.
Ada lho, perempuannya punya badan langsing dan kulit putih langsat, justru suka dengan pria berkulit legam dan wajah yang biasa biasa saja. Pria mapan yang punya wajah menawan, Â menikahi perempuan bertubuh subur dengan penampilan sangat biasa.
Pesona fisik itu ukurannya sangat relatif, yang penting bagaimana seseorang bisa membawa diri dan luwes dalam pergaulan.
------
Setelah sekian tahun resign, menjadi freelance dan tidak lagi menjadi orang kantoran, pada satu siang saya dikejutkan oleh teman yang saya kenal dan dulu pernah satu kantor. Garis ketampanan itu tampak memudar, kerut di wajah tidak bisa ditutupi sehingga terkesan semakin menua.
Memang semakin bertambahnya usia, metabolisme tubuh menurun, aktivitas tubuh melambat dan mempegaruhi penampilan. Pertemuan tanpa sengaja, selain bertanya kabar masing-masing kami ngobrol sekedarnya, dan teman ini berujar kalau masih betah sendiri.
"Mana ada yang mau sama saya mas" ujarnya
"Pasti ada, asal mau usaha" balas saya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H