Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Badan Gemuk Penyebab "Boros Muka"

6 Juli 2019   09:09 Diperbarui: 6 Juli 2019   10:00 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tangkapan layar IG Dedy Corbuzier

Karena tuan rumah kost-an menyediakan dispenser, maka saya juga nyetok kopi instan, kadang membuat susu kental manis kadang membuat mie instan. Enaknya bujang yang punya penghasilan, apa yang dimau nyaris bisa dibeli tanpa pikir panjang.

ilustrasi-dokpri
ilustrasi-dokpri
Belum lagi di kantor, kalau ada acara tertentu, misal ulang tahun teman, atau diundang klien, atau datang ke acara peluncuran produk dan seterusnya. Tentu saja aneka makanan dan minuman lezat, siap dimasukkan dan ditampung di lambung.

Kebiasaan makan tanpa takaran ini, sayangnya tidak diimbangi dengan rutin olahraga dan atau aktivitas fisik yang memadai. Hari minggu sehabis subuh tidur lagi, bangun menjelang duhur, itupun masih bermalas-malasan di kamar kost sambil nonton tivi.

Tak ayal, perut ini akhirnya melar kemana-mana, apapun baju yang dipakai tak bisa menyembunyikan buncitnya, lingkar pinggang mendadak merenggang, celana mulai minta ukuran lebih besar. Bagi yang belum kenal saya, kali pertama bertemu lazim memanggil dengan sebutan "Pak", sebenarnya cukup mengganggu tapi apa boleh buat.

Kemudian setelah menikah dan menjadi ayah, saya tidak lagi terusik dengan sebutan "Pak", tapi justru kondisi ini membuat saya nyaman dan sama sekali tidak merubah pola makan. Alhasil, si ayah ini mengalami obesitas-- hadeuh.

ilustrasi-dokpri
ilustrasi-dokpri
-----

Prof Dr Wimpie Pangkahila, Sp And FACCS, Pakar Andrologi and Anti-Aging Medicine, Universitas Udaya Bali, dalam sebuah acara talkshow menyampaikan, bahwa kita punya usia kronologis dan usia fisiologis. Usia kronologis adalah usia berdasarkan tahun kelahiran, sedang usia fisiologis adalah usia berdasarakan fungsi tubuh yang masih baik.

Meski secara kronologis usia (misal) 25 tahun, tetapi karena fungsi tubuh kurang optimal, maka bisa saja kita tampak lebih tua. Saya ingat, saat kejadian di warung angkringan, umur saya di kisaran 25-26 tahun (masih bujang meski sudah waktunya menikah), mungkin dipikir tukang warung sudah di atas 30 tahun kali yak.

tangkapan layar youtube
tangkapan layar youtube
Masih menurut Prof Wimpie, kegemukan yang ditandai dengan perut buncit, lengan dan paha membesar, payudara membesar, membuat pria yang umur kronologisnya 31 tahun tampak seperti berumur satu setengah kali lipat dari usia sebenarnya.

"ukuran lengamu, sebesar paha saya" canda teman kantor di satu siang.

Eit's, masih ada tapinya nih, Prof Wimpie menambahkan, bukan hanya faktor kegemukan yang menyebabkan kita terlihat tua. Ternyata tubuh yang terlalu kurus kering, juga menyebabkan seseorang tampak lebih tua. Kesimpulannya, badan segar dengan bobot yang ideal, membuat umur fisiologis dan umur kronologis akan seimbang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun