Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Susah Melepaskan Barang yang Dimiliki, Apakah Pertanda Kita Pelit?

1 Juli 2019   07:06 Diperbarui: 2 Juli 2019   20:21 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bisa saja, orang lain mengukur atau menyimpulkan, bahwa si A termasuk dalam kategori pelit atau tidak. Tetapi yang bisa mengukur kebenarannya (pelit atau tidak), adalah diri orang itu sendiri.

Masih kata Psikolog Rose Mini, untuk intrsopeksi diri seberapa kuat seseorang mempertahankan barang miliknya, salah satunya melalui kegiatan bersih-bersih barang lama yang disimpan.

Semakin kita enggan melepas barang sudah lama disimpan, entah untuk alasan ada kenangan tersendiri atau peristiwa tertentu, maka semakin kita bisa mengukur diri.

Oke, mungkin pada satu atau dua barang, kita bisa berlaku sangat sayang karena punya nilai historis yang besar, tetapi kalau pada banyak barang sikap dan perlakuan yang sama diterapkan, jadinya kita malah menumpuk dan akhirnya lama-lama akan rusak. Bagaimana kalau seorang kolektor? Kembali lagi pada kalimat di atas, bahwa yang bisa menjawab seberapa pelit kita adalah diri sendiri.

Kalau saja, kita mau melepaskan barang kita simpan lebih cepat kepada orang membutuhkan. Bukan tidak mungkin, barang tersebut akan lebih berdaya guna, dan orang yang diberi juga senang, gudang di rumah tidak terlalu penuh dan pengap. Lagi pula, apa untungnya menyimpan barang yang sudah tidak terpakai.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun