Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Susah Melepaskan Barang yang Dimiliki, Apakah Pertanda Kita Pelit?

1 Juli 2019   07:06 Diperbarui: 2 Juli 2019   20:21 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: navarra.elespanol.com

Tidak jarang barang disimpan sudah diselimuti debu, saking lamanya tidak pernah digunakan, ada yang bagian tertentu mulai karatan dan rentan patah.

------

Psikolog, Dr. Rose mini Agus Salim, dalam sebuah talkshow pernah menyampaikan, bahwa sudah menjadi sifat dasar manusia, yaitu berusaha mempertahankan diri termasuk terhadap apa yang dimiliki. Seberapa kuat kita mempertahankan barang dipunyai, bisa menjadi cerminan seberapa besar keinginan seseorang lepas dari masa lalu.

kapanlagi.com
kapanlagi.com
Ya, saya sepakat, bahwa setiap barang yang disimpan dari yang besar bahkan yang printilan kecil-kecil, biasanya di balik barang tersebut mempunyai cerita sendiri-sendiri. Misalnya plastik dari toko kue atau roti ternama, akan mengingatkan pada teman yang kita ajak membeli atau teman ini sangat suka dengan roti tersebut.

Misalnya gantungan kunci, akan membawa ingatan kita pernah pergi bareng teman kantor lama ke old town di Kuala Lumpur, kemudian ingat serunya berburu aneka suvenir berbentuk Petronas. 

Misalnya lagi kaos bertulis "I Love Singapore" mengingatkan satu kejadian di Marlion park, selanjutnya sandal bertulis "Jogger", syal batik bertulis "Malioboro", topi bergambar Burung Cendrawasih, Tas anyam khas Badui dan seterusnya.

jejaklangkahku.com
jejaklangkahku.com
Masalahnya, seberapa kuat dan seberapa lama kita menyediakan diri untuk terikat pada satu kejadian tertentu melalui suatu barang. Padahal kejadian atau peristiwa telah lewat, dan bisa terwakilkan (salah satunya) melalui foto sementara barang dibeli tidak terlalu sering digunakan. Akhirnya barang tersebut usang, terkesan tidak begitu penting untuk dipertahankan.

Dari dialog bersama psikolog Rose Mini, saya menarik kesimpulan bahwa kerelaan kita melepas barang dimiliki, bisa dijadikan salah satu indikasi seberapa (maaf) pelitkah kita.

Seberapa Pelitkah Kita?

Saya pernah mendapati, kerabat yang menyimpan plastik bekas belanja di sebuah boutique mahal, plastik  bagus ini dilipat dan dimasukan tas kain dikumpulkan dengan plastik lainnya. 

Sewaktu teman ini bongkar-bongkar barang lawas, menemukan plastik yang lama disimpan, sewaktu dibuka plastik ini sudah rusak dan terkoyak (karena dimakan usia).

Maksud hati enggan membuang, justru barang disayang akhirnya tidak bisa dimanfaatkan dan ujung-ujungnya dibuang juga. Itu baru plastik lho, kadang ada juga makanan kaleng, yang kelamaan disimpan di kulkas dan kelupaan akhirnya dibuang karena sudah melewati batas kedaluwarsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun