Tidak jarang barang disimpan sudah diselimuti debu, saking lamanya tidak pernah digunakan, ada yang bagian tertentu mulai karatan dan rentan patah.
------
Psikolog, Dr. Rose mini Agus Salim, dalam sebuah talkshow pernah menyampaikan, bahwa sudah menjadi sifat dasar manusia, yaitu berusaha mempertahankan diri termasuk terhadap apa yang dimiliki. Seberapa kuat kita mempertahankan barang dipunyai, bisa menjadi cerminan seberapa besar keinginan seseorang lepas dari masa lalu.
Misalnya gantungan kunci, akan membawa ingatan kita pernah pergi bareng teman kantor lama ke old town di Kuala Lumpur, kemudian ingat serunya berburu aneka suvenir berbentuk Petronas.Â
Misalnya lagi kaos bertulis "I Love Singapore" mengingatkan satu kejadian di Marlion park, selanjutnya sandal bertulis "Jogger", syal batik bertulis "Malioboro", topi bergambar Burung Cendrawasih, Tas anyam khas Badui dan seterusnya.
Dari dialog bersama psikolog Rose Mini, saya menarik kesimpulan bahwa kerelaan kita melepas barang dimiliki, bisa dijadikan salah satu indikasi seberapa (maaf) pelitkah kita.
Seberapa Pelitkah Kita?
Saya pernah mendapati, kerabat yang menyimpan plastik bekas belanja di sebuah boutique mahal, plastik  bagus ini dilipat dan dimasukan tas kain dikumpulkan dengan plastik lainnya.Â
Sewaktu teman ini bongkar-bongkar barang lawas, menemukan plastik yang lama disimpan, sewaktu dibuka plastik ini sudah rusak dan terkoyak (karena dimakan usia).
Maksud hati enggan membuang, justru barang disayang akhirnya tidak bisa dimanfaatkan dan ujung-ujungnya dibuang juga. Itu baru plastik lho, kadang ada juga makanan kaleng, yang kelamaan disimpan di kulkas dan kelupaan akhirnya dibuang karena sudah melewati batas kedaluwarsa.