Posisi istri yang sebagai pendatang, berada pada situasi serba salah dan tidak bebas membela diri. Alih-alih membuat keputusan, sekedar meluruskan masalah (bisa-bisa) akan dianggap sebagai bentuk pembangkangan.
Sebagai menantu, musti menjaga perasaan mertua, perasaan saudara ipar (adik dan kakak dari suami), pandangan tetangga dan orang dekat. Belum lagi pandangan dari kakak adik sendiri (dari pihak si menantu), yang berseberangan pikiran dan pendapat.
Protes dan atau mengeluh bisa dilakukan, hanya kepada sang suami seorang, bisa jadi suami istri ini kerap berantem ketika rumah sedang sepi. Selebihnya, memilih diam seribu bahasa apalagi kepada mertua. Apa yang diucapkan mertua, suka tidak suka, benar atau salah akan ditelan. Di mana coba, enaknya tinggal di rumah mertua.
"Ayahku, meninggal dua tahun lalu" lanjut kawan ini lirih
Waktu berselang, karena tidak ada pilihan, kawan ini bertahan dan menetap di rumah orangtua apalagi setelah ayahnya meninggal. Untungnya, enam bulan setelah ayahanda berpulang, kawan ini bekerja sebagai tenaga rendahan di sebuah kantor swasta.
Sang istri yang tabah, membuka warung kecil-kecilan, berjualan sembako di pasar kampung. Dengan tertatih bertahan, si anak sekolah di Sekolah Dasar Negeri. Sungguh perjalanan yang tidak ringan, tetapi kalau dijalani setiap peristiwa mengalir menuju muaranya.
Selepas kepergiaan sang suami, ibu mertua sesekali sakit, karena tidak ada saudara lain serumah, maka sang menantu (yang kerap disalahkan) merawat. Rasanya drama panjang akan berlanjut, tentu butuh stamina lebih kuat untuk menjalani.
Kisah menantu dan mertua memang tak pernah ada habisnya, tinggal bagaimana bisa memetik hikmah dari setiap kejadian. Agar setiap peristiwa menjadi pembelajaran, berproses menjadi manusia yang lebih baik dan lebih baik lagi. Kalau ada yang bilang, "Enak ya tinggal di rumah mertua", saya pikir tidak sepenuhnya salah dan tidak sepenuhnya benar, terngantung situasi dan kondisi setiap orang.
Mau tinggal bareng di rumah mertua, atau memilih tinggal di kontrakan, masing-masing ada resiko haris ditanggung, dan tidak bisa serta merta mengclaim bahwa tinggal terpisah dengan orangtua lebih tepat-- setiap kasus tidak berdiri sendiri.
"Sekarang kamu sudah kerja, istri juga punya warung, udah ditekuni saja" saya sok memberi nasehat ,"rawat ibumu sebaik-baiknya, kesempatan untuk berbakti."