Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Mudik Cerdik Pilihan

Kalau Beban Hidup Dirasa Berat, Mending Mudik #DibikinSimpel dan #AntiRibet Saja!

6 Juni 2019   12:03 Diperbarui: 6 Juni 2019   12:17 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bener nggak sih, sadar nggak sadar kita (kadang) suka yang me-ribet-kan diri (dengan berbagai alasan), mungkin sudah bawaan manusia yang suka tantangan kali ya. Misalnya pengin beli mobil, padahal lagi nggak ada duit, lalu dibela-belain mencari pinjaman. Pengin hangout dan nongkrong di cafe mihil (huruf 'a' sengaja diganti 'i' -- hehehe), tanpa  pikir panjang tinggal gesek kartu, padahal masih banyak kebutuhan lain menunggu.

Saya pernah dicurhati seorang temen di kantor lama, yang lagi bingung nyari pinjaman buat uang muka beli roda empat, sementara diwaktu berdekatan ada perlu uang untuk pendaftaran sekolah anak -- sungguh, saya sampai bingung jawab yang pas, waktu denger curhatan ini.

Masih curhatan dari teman yang sama di lain waktu, setelah mobil dibeli, beberapa bulan berikutnya pusing mikir bayar cicilan bulanan, padahal disaat yang sama musti bayar kontrakan rumah -- puyeng akibat ulah sendiri kan.

Semua keputusan diambil, ujungnya kita sendiri yang menanggung akibatnya, mau senang atau mau susah adalah buah dari perbuatan sendiri. Kan biar enak dilihat orang, kan untuk memantaskan diri, kan biar sama kayak temen di kantor, kan biar nggak malu-maluin kalau ngumpul teman, kan biar gengsi dan gak diremehin orang, kan, kan dan seterusnya.

Susah juga ya, kalau patokannya ada pandangan orang lain !

------

"Le. kamu jangan nyontoh ibu, dulu pas anak-anak masih sekolah ibuk banyak ngutang." Saya menjadi saksi hidup, semasa enam anak masih kecil dan bersekolah, orangtua kami pontang-panting mencari utangan. Gaji guru yang tidak seberapa, meskipun sudah dibantu membuka warung di pasar, tetaplah kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Kepahitan pernah dihadapi orangtua, memantik saya terpacu belajar mengelola uang dimiliki secermat mungkin, serta tidak memaksakan diri demi dilihat orang lain. Setelah saya bekerja dan kuliah, beruntung pernah satu kost  dengan teman yang cukup pintar dan berbagi tips manjur bagaimana mengelola keuangan.

ilustrasi-dokpri
ilustrasi-dokpri
Setiap gajian, teman ini membaginya menjadi 30 hari (sebulan 30/31 hari), misalnya gaji 3 juta langsung dibagi tiga puluh berarti seratus ribu. Maka dalam sehari, (bisa tidak bisa) pengeluaran harus berada dikisar angka maksimal seratus ribu saja (tidak boleh lebih)

Seratus ribu musti bisa mengcover sehari, yatu tiga kali makan, transportasi ke tempat kerja, jajan atau camilan dan keperluan lain. Kalau misalnya dalam sehari ternyata uang terpakai (misalnya) delapan puluh ribu, maka sisa duapuluh ribu dimasukkan amplop sebagai simpanan -- untuk uang jaga-jaga.

Misanyal, suatu hari ada ada keperluan membeli sepatu atau seragam wajib atau apalah (sementara gaji sudah dibagi 30 hari), bisa menggunakan uang simpanan. Teman kost juga berbagi siasat jitu lainnya, untuk menghemat lagi, dalam seminggu bisa puasa sunah senin kamis, aktif di kegiatan masjid atau RT, bersedia menjadi panitia pengajian atau kerja bakti RT, setidaknya bisa menghemat uang makan siang atau camilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Mudik Cerdik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun