Bukankah, kecenderungan manusia lupa sangat besar, ketika berada dalam situasi penuh gemerlap kehidupan dunia. Bukankah, riang dan tawa yang berlebihan, akan mengeraskan hati, menenggelamkan diri dalam kealpaan yang nyata.
Pak Usep, saya turut berduka atas musibah yang menimpa. Namun perkenankan saya, sekaligus mengucapkan selamat, karena di ujung Ramadan tahun ini, hari kemenangan itu bukan lagi khayalan buat bapak sekeluarga. Ujian yang bapak alami, sejatinya wujud dari datangnya kemenangan sejati yang bisa bapak rengkuh.
Bahwa kemenangan sejati, adalah ketika kita bisa mengalahkan ego di dalam diri sendiri. Persis seperti pesan Baginda Nabi usai perang badar, bahwa perang terbesar adalah perang melawan diri sendiri. Maka langkah bapak dan keluarga, telah disampaikan pada medan peperangan itu, yaitu perang melawan kesedihan, perang melawan kenestapaan, perang melawan 'kehilangan' kepemilikan harta.
Pak Usep, mungkin tidak banyak yang ingin saya sampaikan, mengingat saya belum pantas berpetuah, pengalaman saya masih sangat sedikit , apalagi ilmu dan kebaikan yang saya tanam masih belum ada apa-apanya. Sebenarnya justri saya yang musti banyak belajar, selepas bapak membuktikan bahwa kemenangan sejati itu ada digenggaman.
Pak Usep, sekali lagi mohon dimaafkan atas kelancangan saya, semoga niat baik untuk sedikit melipur lara diterima dengan baik juga. Semoga kemenangan sejati, benar-benar menjadi hak bapak. Semoga kesabaran dan ketabahan saat menjalani, akan berbuah menjadi pahala yang berlipat di hari kemenangan yang datang sebentar lagi  -- Amin
Wasaalamualaikum warahmatullahi wabarakatu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H