Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kenalkan pada Anakmu Bahwa Puasa Itu Menyenangkan

26 Mei 2019   17:11 Diperbarui: 4 Juni 2019   15:05 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulan Ramadan, saatnya kita semua umat muslim bersuka-cita menjalankan ibadah puasa. Tapi bagaimana cara bersuka-cita, berpuasa kan menahan mengerjakan semua yang disuka. Yang jelas tidak boleh makan dan minum di siang hari, tidak boleh bicara sembarangan, musti menahan diri mengerjakan hal yang sia-sia dan lain sebagainya.

Memang, sekilas puasa terkesan memberatkan, menanggung lapar dan dahaga, tetapi kalau dijalani dengan baik sebenarnya banyak manfaat dirasakan.  Menjadi tantangan tersendiri, orangtua memperkenalkan puasa khususnya kepada anak-anak yang (notabene) baru kali pertama puasa.

Para ayah, bisa memanfaatkan beberapa moment Ramadan, dijadikan cara untuk menanamkan kegembiraan di bulan Ramadan di benak anak.

Ngabuburit, adalah moment paling ngetren di Indonesia, meski diambil dari baasa Sunda, nyaris di semua tempat memakai istilah ngabuburit untuk kegiatan yang satu ini.

Selepas Ashar (sekira jam empat / setengah lima), orang berduyun- duyun keluar rumah mencari makanan berbuka puasa. Coba ajak serta anak-anak, mereka pasti girang bukan kepalang, dan menjadikan mereka merasakan nikmat dan bedanya bulan puasa dengan bulan lainnya.

Menanti detik-detik menuju bedug magrib, biasanya lima menit berjalan mundur, di depan televisi anak-anak menghitung mundur tayangan iklan. "Abis ini satu iklan, baru adzan" ujar bungsu saya, sudah hapal kebiasaan, kalau di televisi muncul tulisan "Menantikan Adzan maghrib." Begitu adzan magrib terdengar, perasaan mendadak "PLONG", seteguk dua teguk pertama minuman membasahi kerongkongan, Subhanallah nikmatnya tiada tara. Kenikmatan sajian berbuka inilah, yang akan direkam anak-anak dalam ingatan mereka sampai dewasa.

ilustrasi-dokpri
ilustrasi-dokpri

Saat sholat taraweh, sholat taraweh ditamba witir dengan bilangan rakaat yang banyak, kadang membuat anak kecapekan, kalau saya, tetap ajak anak ke masjid untuk taraweh.Semasa anak belum baligh, bebaskan mereka mau sholat atau ikutan saja -- yang penting isya dikerjakan--- lama-lama anak akan terstimulus menjalankan taraweh.

Saat sahur,  bangun dini hari memang berat, sebelum membangunkan anak, coba putar film kesayangan di televisi, kemudian masak makanan kesukaan anak. Lama-lama anak akan senang dibangunkan, bisa jadi sahur esok hari pesan dibuatkan ini dan itu, pertanda anak mulai senang sahur.

Sholat subuh berjamaah di masjid, pagi hari saat udara masih segar, nikmaaat sekali di dada saat menghirup udara dalam-dalam. Mungkin saja, di luar Ramadan kita enggan sholat subuh di masjid, mumpung usai sahur badan masih segar, bisa ke masjid sekalian ajak serta anak-anak.

Satu dua hari puasa dijalani, tak terasa seminggu sudah hingga akhirnya genap satu bulan puasa dikerjakan. Ketika hari kemenangan ditunggu tiba, kita orangtua dan anak bisa berbagai kelegaan, saling bermaaf-maafan kembali lahir menjadi pribadi baru.

ilustrasi-dokpri
ilustrasi-dokpri

------

Dulu semasa kecil, awal mula berpuasa (sekira kelas satu SD), saya berpuasa karena ikut-ikutan karena melihat ayah, ibu , kakak dan teman sekolah sudah berpuasa.  Awalnya masih bolong sana-sini,  sesekali ngumpet ngemil kalau kelaparan siang hari.

Ibunda, orang paling telaten mengingatkan saya, bahwa waktu berbuka tidak lama tiba. Tetapi saya bersikeras makan saat ibu lengah, kemudian pura-pura puasa hingga tiba saat berbuka.  Setelah (sekira) kelas tiga,  barulah saya menjalankan puasa sehari penuh dengan kesadaran sendiri.

Kini setelah menjadi ayah dengan dua anak, saya bisa merasakan bagaimana serunya ayah dan ibu saya dulu,  berusaha menanamkan kesadaran berpuasa pada anaknya. Alhamdulillah, sulung saya sudah baligh, terbiasa berpuasa sejak kelas belum genap enam tahun, adiknya tak pelak mengikuti jejak si kakak.

Sebagai terus belajar bersikap demokratis, menanamkan manfaat berpuasa, sembari menceritakan ulang kisah-kisah manusia pilihan. Bahwa puasa akan melembutkan hati, membukakan jalan pencerahan rohani.  

----

ilustrasi-dokpri
ilustrasi-dokpri

"Ayah, adzannya lama banget" ujarnya sembari menahan tangis

Hari itu hari pertama puasa, gadis kecil akan masuk kelas satu protes, menunggu bedug maghrib dirasa terlalu lama.

"Sabar, sebentar lagi maghribnya juga tiba"

"Tapi dari tadi gak kedengeran" Protesnya

Adzan sudah hitungan sekian puluh menit, sayang sekali kalau puasa tinggal selangkah batal. Untung saja ada film kartun kesukaan di televisi, menghibur dan sejenak mengalihkan perhatian.  Kerap melihati jam dinding, memang membuat waktu justru terasa lambat dan semakin tak sabar menanti saat berbuka.

"Allahu Akbar Allahu Akbar" Adzan berkumandang juga

"Alhamdulillah, adik berhasil puasa sehari" sontak saya teriak kegirangan.

Ibu dan kakaknya bersuka-cita, mempersembahkan soup buah pada si kecil, wajah imut terbersit gembira, telah berhasil melampaui sehari di bulan Ramadan.  "bersakit sakit dahulu bersenang senang kemudian". Gadis kecil berhasil menuntaskan puasa sehari di hari pertama.

--salam-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun