Saya masih ingat saran ahli nutrisi setelah diagnosa dokter, bahwa saya musti memperbanyak konsumsi serat (buah dan sayur) Sangat disarankan mengurangi asupan glukosa (makanan manis dari gula buatan atau glukosa sederhana), kemudian tidak boleh ketinggalan rutin berolahraga.
Terhitung tiga Ramadan berjalan, setiap buka puasa saya tetap bisa mengonsumsi yang manis, tetapi memilih rasa manis yang berasal dari buah -- buah dipetik dari pohon, bukan buah yang diolah dan dicampur pemanis (es campur, es buah).Â
Bisa saja hari ini saya mengonsumsi pisang, besoknya pepaya, lusa ganti jambu crystal, lain waktu apel dan begitu seterusnya secara bergantian. Tapi ada satu selalu saya usahakan banget ada (kecuali kepepet dan tidak bisa), yaitu saya minum seduhan kurma dengan air hangat. Resep mujarab dan sederhana ini, saya dapatkan ketika melihat vlog Dewi Hughes, dan setelah praktek selama (lebih kurang) dua minggu, saya rasakan khasiatnya.
Baca : Minuman Kurma untuk Menjaga Stamina Saat Berpuasa
Kebanyakan rasa manis memang enak dan nyaman di lidah, tetapi kita musti pikirkan dampaknya bagi diri sendiri dalam jangka waktu panjang. Berbuka dengan yang manis memang tidak salah dan dicontohkan, tetapi kenapa tidak sekalian mengikuti teladan dari Baginda Rasulullah mengonsumi tiga butir kurma.
Asupan manis banyak sumbernya (tidak musti glukosa), bisa diambil dari karbohirat komplek yang terdapat dalam umbi-umbian, atau bisa dari buah-buahan. Menurut saya, berbuka dengan yang manis (kurma), sebenarnya sudah ada yang mencontohkan, tetapi anjuran manis dialihkan melalui iklan, sehingga orang termakan.
Baca ; Â sahur dengan Ubi Ungu Rebus Sehat Anti Ribet
Â
-------
Setengah jalan puasa Ramadan, saya merasakan ada perubahan dalam bentuk badan ini, sebelum puasa badan saya agak gembyor (atau empuk), sekarang relatif padat. Efek dari minum seduhan kurma, saya tidak mudah lemas, dan bisa beraktivitas seperti hari-hari biasanya (tetapi tetap, tidak memforsir fisik)