Senja yang damai, sejauh mata memandang tampak pemandangan hijau pepohonan dan hamparan air tak beriak, mengalirkan ketenangan di rongga dada. Puasa hari ke empat belas, bukan kali pertama saya menjejakkan kaki di Danau Situ Gintung, Ciputat, selama Bulan Ramadan.
Seminggu lalu, saya mengajak serta anak dan istri, piknik tipis-tipis di danau yang pernah jebol pada tahun 2009, bertemu dengan anak-anak muda yang giat bersih bersih Situ.
Baca : Senja Ramadan yang Berfaedah, di Pinggiran Danau Situ Gintung CiputatÂ
Seperti sore lainnya di bulan Ramadan, hari libur di minggu sore di Situ Gintung, banyak lelaki dewasa datang dengan kail di tangan. Sebagian datang secara berkelompok, kalau diamati dari air muka dan garis di wajahnya, Saya menaksir mereka berusia pertengahan dua puluhan.
Ada juga para ayah (sekira sepantaran dengan saya atau usia di atas saya), datang bersama istri dan anak-anak (sore ini saya datang sendiri). Tampak sikap dan bahasa tubuh si ayah yang hangat, duh, saya mengidolakan banget, kepala keluarga yang dekat anak dan istri.
-----
Memancing adalah sarana manjur untuk mengistirahatkan pikiran, setelah lima atau enam hari diforsir untuk aneka urusan pekerjaan. Ada juga yang menjadikan memancing, sebagai sarana rekreasi, para ayah bisa memancing sambil mengajak anak-anak.
Wiraswasta ini, sengaja mengajak anak ketiga Reza (8 tahun) sudah puasa sehari penuh dan anak keempat, Selfa (3 tahun) yang baru ikut-ikutan puasa sekuatnya, Sedang anak sulung sudah kuliah di UMJ, sementara anak kedua di bangku SMA---jarak anak ke dua dan ketiga cukup jauh.
"Mungkin akibat sampah, ikannya tidak leluasa berkembang" Abdillah beranalisa. Kondisi ini tentu sangat disayangkan, sampah membuat kualitas air danau menjadi kurang bagus, berdampak pada ekosistem yang ada di dalam danau (termasuk ikan)
Hal yang sama, juga dirasakan Anjar, yang sehari-hari berprofesi sebagai driver ojek online, Â pria lajang ini menyalurkan hobi mancing kalau libur narik (biasanya hari minggu). "Hari Senin sampai Sabtu, saya narik dari jam delapan pagi sampai duhur, abis itu pulang, makan dan sholat duhur, narik lagi sampai sore" kisahnya.
Senada dengan Abdillah, Anjar merasakan, saat ini Ikan di Situ Gintung jauh berkurang, terbukti sambil ngobrol dengan saya, hampir lima belas menit berselang, umpan di kailnya sama sekali belum disentuh ikan.
Selain di Situ Gintung, Anjar, pria kelahiran Ciputat 21 tahun lalu ini, suka melampiaskan hobi memancing di Situ Bungur yang ada di Pondok Ranji Ciputat. "Kalau memancing, saya suka bareng abang saya Pak" jelasnya.
Menurut sejarah, menangkap ikan sudah dikenal sejak jaman dahulu, sekira sepuluh ribu tahun yang lalu. hal ini dibuktikan dari peninggalan arkeologi, yang ada di goa-goa di Eropa, ditemukan tulang belulang, mata kail dan lukisan jaman batu di dalam goa.
Tehnik menangkap ikan mulai beragam, pada masa Neolitik (4.000- 8.000 tahun yang lalu) berkembang menjadi tehnik yang lebih modern. Cara pengolahan ikan hasil tangkapan, dilakukan dengan pengawetan ikan dengan menggarami atau dengan pengasapan.
Memancing, juga bisa membuat menunggu waktu berpuasa tidak terasa, saat melongok jarum jam sudah mendekati maghrib, dan para pemancing mulai memberesi pancingnya. Tampak dari kejauhan, Anjar yang berkemas, sementara Pak Abdillah menghalau dua buah hatinya beranjak pulang.
- Selamat berpuasa, salam hangat-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H