Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Nasi Tumpuk a la Bu Iis, Bisa Dibayar dengan Non-Tunai

19 Mei 2019   05:40 Diperbarui: 19 Mei 2019   05:41 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
snack di lapak bu Iis- dokpri

Alhamdulillah, nikmatnya menunggu waktu berbuka, bisa kumpul bareng teman-teman blogger. Ngobrol ngalor-ngidul, ketawa ketiwi tak ada yang disembunyikan.  Semua beban dan persoalan hidup sejenak ditanggalkan, yang ada adalah perasaan senang dan gembira.

Dan, Yummy, lezatnya menu buka puasa saya sore itu, adalah nasi tumpuk ditemani sebotol juice buah naga (no sugar), saya membeli dari sebuah lapak di arena ngabuburit.

Seminggu yang lalu, kebetulan saya ada acara di daerah Senayan, memilih berbuka puasa nasi (porsinya sedikit) dengan lauk daging sapi bumbu lada hitam.

Olahan daging sapi-nya sangat empuk, belum sampai daging digigit dengan sempurna, seratnya terasa lembut di gigi (alias tidak alot). Kuahnya yang kecokelatan pekat ditambah irisan bawang bombay, membuat taste-nya mirip beef lada hitam yang dijual di restoran cepat saji ala Jepun ternama (biasanya restonya ada di mall).

Dan sayurnya yang kaya serat, terdiri dari potongan Brocoly, kol putih, wortel dan baso diolah tumis, tekstur sayuran sangat empuk dan menyatu dengan rasa di daging sapi lada hitam. Sungguh, menu yang sangat pas untuk berbuka, saya berani rekomendasikan, sebaiknya disantap setelah sholat maghrib, biar makannya bisa jenak alias tidak buru-buru.

nasi tumpuk-dokpri
nasi tumpuk-dokpri
"Namanya nasi tumpuk" ujar Istariyah sang penjual.

Sore itu, saya membeli nasi tumpuk di salah satu lapak tenda, yang ada di arena Halal Park di kawasan Gelora Bung Karno Jakarta. Pemilik lapak biasa disapa ibu Iis, mengaku baru kali pertama berjualan di area ngabuburit di komplek olahraga terbesar di Indonesia ini.

Nasi tumpuk yang dijual dengan dua pilihan, satu nasi dengan daging sapi lada hitam (yang saya beli), dan lainnya nasi dengan ayam tepung model pok-pok (menurut mas yang jaga, disebut nasi tumpuk kukuruyuk). Nasi tumpuk ala bu Iis dikemas cukup bagus, dipacking di tempat makan berbentuk lingkaran dengan tutup warna putih warna senada dan diberi label 'Nusantara Catering Service'   

Selain menu nasi berbuka sebagai makanan utama, Bu Iis juga menjual gorengan ukuran jumbo, yaitu risol dan bakwan (udang di atas bakwan itu lo, berhasil bikin saya mupeng) dan ada juga kue rasa cokelat. 

snack di lapak bu Iis- dokpri
snack di lapak bu Iis- dokpri
Makan dan nyamil saja tidak lengkap tanpa minum, maka di tenda yang sama tersedia juga aneka minuman dingin, seperti Thai Tea, Green Tea, Lecy Yakult, Red Velvet, Ovaltine, Coffe, serta minuman dingin lainnya, serta ada dessert puding. Selain makanan, minuman dan camilan untuk berbuka, tersedia aneka rupa kue kering dan syrup, bisa dijadikan parcel untuk persiapan hari lebaran.

--------

"Nasinya berapaan bu?" tanya saya

"Dua puluh ribu"jawabnya

Ketika saya hendak membayar dengan uang cash, si ibu mengatakan bahwa ditendanya menyediakan pembayaran memakai fintech (financial teknologi). Waaw, seketika saya merasa exited, meski berjualan dadakan (memanfaatkan moment ngabuburit), tetapi sudah aware dengan pembayaran non tunai.

pembayaran dengan fntech-dokpri
pembayaran dengan fntech-dokpri
Mendadak saya teringat seorang teman, bercerita pernah belanja memborong kain di daerah NTT, untuk oleh-oleh teman kantor Jakarta. Penjual kain di sana, ternyata melayani pembayaran dengan fintech, sehingga teman ini bisa membeli kain dalam jumlah banyak.

"untung tokonya menerima pembayaran pakai uang elektronik, kalau hanya melayani cash, mungkin gue cuma bisa belanja dua atau tiga kain saja" kisahnya.

Mendengar kisah ini, saya ikut merasakan kelebihan pembayaran non tunai, masih menurut teman yang pulang dari NTT,  kebetulan dia saat itu berada di daerah yang susah mendapatkan ATM.

Praktis Belanja dengan Uang Elektronik

"Ya, enak Pak, saya nggak perlu repot menyediakan uang kembalian" ujar bu Iis, ketika saya tanya manfaat menggunakan jasa pembayaran non tunai.

Selain itu, tidak perlu kawatir (apabila ada konsumen berniat nakal), menerima pembayaran dengan uang palsu, jadi lebih aman dan lebih praktis. Satu keuntungan lagi, meskipun ada potongan harga ke konsumen (misal ada discount 20%), tetapi pembayaran dari penyedia jasa fintech ke Ibu Iis tetap harga normal.

Siapa tidak senang, untuk harga 20 ribu, saya (selaku konsumen) cukup membayar 18 ribu, dan si penjual tidak dirugikan karena tetap menerima senilai harga awal. Sehingga penjual bisa lebih focus pada kegiatan penjualan dan memperbagus produk, untuk urusan pembayaran sudah ada pihak ketiga yang dipercaya mengelola dan mengatasi dengan aman.

kemasan nasi tumpuk ala bu Iis-dokpri
kemasan nasi tumpuk ala bu Iis-dokpri
Bu Iis yang mengawali usahanya pada tahun 2011 di daeah Cipinang, menyediakan jasa catering, untuk makanan nasi box, snack box dan buffet. Selama ngabuburit, berjualan sekira empat jam (Jam empat sore sampai jam delapan malam), setiap menu dimasak dan disiapkan sebanyak dua puluh porsi (masing-masing menu).

Harapan bu Iis, seperti pedagang pada umumnya, jualannya di ngabuburit laris, sekaligus membuka jejaring konsumen dan networking baru dan lebih luas untuk perkembangan usaha cateringnya.

--------

arena halal park di Senayan- dokpri
arena halal park di Senayan- dokpri
"Bersyukur kepada Allah, bersujud sepanjang waktu, setiap nafasmu seluruh hidupmu semoga diberkahi Alloh" Siapa tidak hanyut, mendengar lirik dan melodi nan syahdu dari lagu berjudul Alhamdulillah (dipopulerkan Opick feat Amanda), sambil menikmati menu berbuka.

Perjuangan puasa seharian di hari itu, rasanya patut disyukuri, karena kita masih diberi kesehatan, kekuatan dan kesempatan untuk menjalankannya. Banyak saudara kita yang sakit secara fisik, sehingga atas alasan medis tidak diperbolehkan berpuasa, karena bisa berakibat tidak baik.

Kita musti banyak bersyukur, masih bisa menikmati lezatnya sajian berbuka dengan lahap, bahkan bisa memilih menu yang kita gemari.  Sementara masih banyak saudara kita, pada saat yang sama (mungkin) belum berbuka karena ketiadaan makanan.

Dan malam mulai meninggi, sebelum adzan isya berkumandang saya pamit undur diri, hari di bulan suci Ramadan berkurang sehari, semoga waktu yang tersisa bisa kita manfaatkan dengan ibadah sebaik-baiknya. Wassalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun