"Masyarakat yang bergabung membersihkan sampah, nanti akan mendapatkan takjil" ujar Bilqis"Secara keseluruhan, program Komunitas untuk Negeri, bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat, hanya objeck kegiatan saja yang berbeda-beda".
Ngobrol dengan anak-anak muda penuh inisiatif dan aksi nyata ini, saya jadi berkaca pada diri, "dulu waktu masih seusia Balqis saya ngapain ya"---hehehe (sumber vlog SINIÂ )
--------
Senja di Situ Gintung, angin bertiup sepoi-sepoi, puasa hari itu tinggal menghitung jam, tapi perasaan sejuk memenuhi rongga dada. Tidak terlalu banyak penjual di sekitar Danau, tapi justru bagus, supaya tidak menambah sampah plastik yang dibuang sembarangan. Anak-anak usia puluhan tahun berlarian, di ujung jembatan ada yang beberapa kali membunyikan petasan, tak ayal membuat kami sesekali terkaget-kaget. Para bapak masih khusyu mengawasi senar pancing, berjaga-jaga kalau umpan dipasang di ujung kail ditangkap ikan sasarannya.
Di tengah Situ Gintung terdapat pulau kecil (saya jadi ingat pula samosir), yang bernama Pulau Situ Gintung, tersedia akses untuk mencapai Pulau ini.
Dan beberapa titik di sekitar Danau Situ Gintung, telah dikembangkan menjadi rumah makan, taman bermain dan wahana wisata air. Kebetulan saya pernah mengajak istri dan anak-anak, makan di salah satu rumah makan di sekitar Situ Gintung. Sungguh nikmat, bersantap menu tradisional sambil menatap air danau yang tenang, kemudian anak-anak bisa bermain gembira di taman.
Ada juga  di salah satu sudut Situ, telah dijadikan "Taman Wisata Pulau Situ Gintung", tepatnya di belakang Kampus UIN 2. Taman yang cukup luas ini, menyediakan ruang pertemuan, restoran berkonsep saung, wahana outbond corporate, zona petualang, zona futsall Indoor berstandar International.
Tanpa terasa senja mulai meninggi, sebelum adzan maghrib berkumandang, istri dan anak mulai mengingatkan saya untuk beranjak pulang. "Ayah, sambil jalan pulang, mampir beli kelapa muda di dekat perempatan" pesan istri.
Â